Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

DBS Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI jadi 3,5%

Fetry Wuryasti
27/7/2021 11:55
DBS Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI jadi 3,5%
Pandemi membuat prospek ekonomi kembali tertekan.(Antara/Hafidz Mubarak)


PENINGKATAN kasus vovid yan cukup tajam di kawasan Asia Tenggara membuat perekonomian tertekan. 

Pembatasan wilayah diperketat dan diperpanjang untuk memutus penularan. Sehingga belanja pemerintah dan ekspor menjadi titik terang.

"Kami memangkas perkiraan pertumbuhan PDB kami untuk Indonesia dan Thailand. Prospek pemulihan di Filipina dan Malaysia juga membuat PDB ASEAN-6 menjadi lebih rendah," kata Ekonom DBS Group Radhika Rao, Selasa (27/7).

Di Indonesia, pandemi menunda harapan pemulihan. Indonesia menghadapi lonjakan ulang kasus Covid. Jumlah harian mencapai angka tertinggi dengan lebih dari 55 ribu penderita, sebelum kemudian berkurang menjadi sekitar 35 ribu pada minggu ini, menjadikan jumlahnya mendekati tiga juta.

Jumlah kasus baru Covid-19 juga bertambah, sebanyak sekitar 300 ribu penderita dalam seminggu terakhir. Jakarta terus menyumbang sepertiga dari perhitungan nasional, Pulau Jawa dengan penduduk terbanyak menyumbang dua pertiga.

Tingkat kematian (dalam % dari total) rendah, tetapi laju kematian harian meningkat lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan gelombang awal 2021.

Varian Delta, yang lebih mudah menular, tampaknya bertanggung jawab atas lonjakan ulang pandemi. Jumlah tes harian yang sekitar 55 per 1.000 tertinggal dari negara lain di kawasan ASEAN, 131 di Thailand dan 494 di Malaysia.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4 (PPKM Level 4) diperpanjang hingga 2 Agustus, berlaku untuk pulau Jawa, Bali, dan 15 wilayah lain.

Sektor ekonomi formal telah melakukan penyesuaian secara lebih baik terhadap langkah pengetatan (lockdown-lite measures) karena kegiatan yang tidak terlalu penting dilakukan di luar rumah.

"Kami memperkirakan sekitar 30% dari kegiatan ekonomi, terutama kegiatan dengan kontak intensif, akan terpengaruh secara langsung," kata Rao.

Selain itu, permintaan konsumsi kemungkinan melemah pada triwulan II-2021 di tengah pembatasan lokal, dengan tabungan (DPK) Kemungkinan meningkat karena pembelian ditunda dan ketidakpastian pekerjaan meningkat.

Pelaksanaan vaksinasi tetap menjadi fokus utama, dengan kemajuan lebih lambat dan bertahap dari yang diinginkan. Pada pertengahan Juli, sekitar 15% dari penduduk telah menerima setidak-tidaknya satu dosis dan 6% telah menerima dosis kedua.

"Permintaan, yang diperkirakan melemah, kemungkinan akan meredam minat investasi swasta, yang turun 0,2% pada triwulan pertama 2021," kata Rao.

Namun, belanja anggaran pemerintah dan sektor eksternal menjadi titik terang. Pengiriman minyak dan gas meningkat kuat, 33% secara tahunan sejak 21 Januari-Mei, selain non-migas, yang meningkat 40% secara tahunan.

Sementara defisit migas sedikit melebar selama Januari-Mei, surplus non-migas meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 15 miliar dolar AS selama masa tersebut. Pengeluaran fiskal tetap ekspansif, dengan pengeluaran naik 24% selama Januari-Mei 21 versus 3% pada periode sama tahun lalu.

Sekitar 34% dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dari Rp699,4 triliun yang dianggarkan dicairkan bersamaan dengan perpanjangan insentif pajak.

Walaupun beban fiskal lebih meningkat dan membebani keuangan negara, pemerintah memilih memanfaatkan saldo kas yang belum dibelanjakan sebesar Rp136 triliun pada Juni dibanding menambah utang baru.

Dengan demikian, penerbitan obligasi secara netto pada 2021 diperkirakan turun Rp283 triliun menjadi Rp924 triliun. Diperkirakan, Rp464 triliun terkumpul pada paruh pertama 2021. Itu secara efektif memastikan bahwa imbal hasil obligasi domestik (dan biaya pinjaman secara luas) tidak naik meskipun perlu untuk merangsang pertumbuhan.

"Dengan memperhitungkan hal tersebut, kami memperkirakan ekspansi kuartal-ke-kuartal (qtq)pada triwulan II-2021 akan diikuti oleh kontraksi pada III-2021, membuat pertumbuhan setahun penuh 2021 di angka 3,5% (yoy) lebih rendah dari ekspektasi kami sebelumnya, 4%. Kami juga merevisi turun prakiraan inflasi 2021 dan 2022 menjadi 1,5% dan 2,2%," kata Rao. (Try/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya