Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
LITERASI asuransi di Indonesia dinilai masih rendah. Direktur Utama PT BRI Insurance (BRINS) Fankar Umran mengatakan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan pada tahun 2019 literasi asuransi di Indonesia berada di angka 19,4%. Angka ini tergolong rendah dibanding negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Menurut Fankar, berdasarkan data literasi keuangan OJK, ada kecenderungan daerah-daerah yang sulit dijangkau memiliki angka literasi yang lebih rendah dibanding kota besar, yang ia sebut sebagai ‘The Unreached & The Less Literated’
“Literasi harus dilakukan secara masif dengan cara-cara yang inovatif. Sebab, tantangannya begitu besar, mulai dari aksesibilitas, tingkat edukasi, demografis sampai faktor geografis,” kata Fankar Umran dalam diskusi virtual.
Menurutnya, literasi asuransi secara digital lebih efektif karena memiliki daya jangkau yang lebih luas tanpa perlu bertatap muka. Selain itu aksesibilitas lebih efisien, milenial friendly dan approachable untuk para pengguna sosial media.
“Fakta bahwa 85% transaksi digital didukung oleh generasi milenial dan Z. 59% populasi Indonesia aktif menggunakan sosial media,” katanya.
Fankar meyebut ada sejumlah rintangan, di antaranya jarak usia dan keterbatasan akses teknologi di daerah pedalaman. Hal itu menjadi penentu keberhasilan penggalangan literasi asuransi secara digital.
Baca juga : Raih WTP, Achsanul Apresiasi Kinerja BNPB
“Ada 4 hal yang menjadi strategi meningkatkan literasi dan inklusi asuransi. Pertama, memberdayaan komunitas dan asosiasi sebagai agen literasi. Kedua, pengembangan produk yang sesuai kebutuhan masyarakat. Ketiga, menciptakan tren yang saat ini menjadi social currency bagi generasi milenial dan yang keempat, utilisasi saluran distribusi,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, dengan melakukan pemberdayaan melalui kerja sama dengan komunitas, koperasi, asosiasi, atau industri lain sebagai agen literasi, hal ini dapat menjangkau masyarakat lebih luas.
"Menciptakan sebuah tren atau trendsetting yang menjadi social currency, seharusnya menjadi fokus untuk berkomunikasi dengan generasi milenial dalam melakukan literasi finansial," kataya.
Selain itu, kata Fankar, utilisasi menjadi jawaban masyarakat Indonesia yang belum digital savvy dan berada di rural area. Kerja sama dengan agen bank lakupandai berperan penting untuk melakukan penetrasi ke masyarakat dengan dibekali pelatihan edukasi.
“Literasi secara digital dengan intermediary dapat menjadi solusi atas tantangan geografis, cost effectiveness, dan tentu saja dapat menjangkau wide-range, terlebih ditengah masa pandemi seperti ini,” katanya. (Medcom/OL-7)
Literasi keuangan bukan hanya penting di kota besar seperti Jakarta, tetapi juga bagi masyarakat di daerah-daerah.
Berdasarkan survei Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) 2023, 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap memasuki masa pensiun
Mahasiswa diajak mengenali lebih dalam cara kerja platform fintech peer-to-peer (P2P) lending, dan mengenal risiko dan manfaat dari pemanfaatan teknologi finansial.
Sepanjang Januari hingga Mei 2025, layanan ini membukukan 443 juta transaksi, didukung oleh 1,19 juta agen yang tersebar di 67.013 desa di seluruh Indonesia.
Lo Kheng Hong menekankan mahasiswa agar tidak mudah tergiur janji keuntungan cepat. Karena itu pentingnya kesabaran dalam berinvestasi.
Orangtua, pendidik, dan berbagai lembaga kini mulai menyasar kalangan anak dan remaja untuk menanamkan literasi keuangan yang bisa menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved