Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
IMPOR kebutuhan pangan melalui mekanisme perdagangan internasional adalah suatu hal yang umum bagi negara-negara di dunia. Sebab, sangat langka suatu negara mampu memenuhi kebutuhan seluruh pangannya mandiri tanpa suplai dari negara lain.
Namun rantai pasok produk impor mulai terganggu dengan adanya Pandemi Covid-19. Di masa pandemi, banyak negara yang lebih memenuhi kebutuhan dalam negerinya dibanding mengekspor bahan makanan, hal ini tentu menjadi persoalan bagi negara pengimpor gandum seperti Indonesia.
Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) memiliki solusi dengan melestarikan petani gandum untuk terus berproduksi di tengah Pandemi Covid-19. Alhasil, konsumsi kebutuhan domestik terhadap gandum masih bisa terpenuhi meski negara pengimpor melakukan lockdown.
“Sejak lama kami telah mengedukasi para petani untuk bercocok tanam gandum. Kami mengedukasi mulai dari benih hingga tata cara menanamkan gandum. Kita mengedukasi petani bahwa gandum tidak seperti padi. Sebab, gandum bisa dijual ke segala sektor pangan,” kata Ketua Aptindo, Franciscus Welirang saat acara webinar “Potret Industri Tepung Terigu Nasional di Masa Pandemi”.
Menurut Welirang, kendati pihaknya telah mengedukasi petani gandum, namun Indonesia belum bisa sepenuh lepas dari impor gandum.
“Posisi Indonesia sebagai pengimpor gandum nampaknya tidak akan berubah karena pesatnya konsumsi kebutuhan domestik terhadap gandum baik untuk orang dan ternak,” jelasnya pada keterangan pers, Jumat (5/3).
Apalagi, tambah pria yang biasa disapa Franky ini, selama Pandemi Covid-19, ekspor produk olahan berbahan tepung terigu malah naik. Konsumsi tepung terigu secara nasional selama tahun 2019-2020 mengalami peningkatan sekitar 70%.
“Jadi selama 2019-2020, ekspor produksi olahan tepung terigu malah naik. Tahun 2019-2020 kan saat negara kita diserang Pandemi Covid-19. Produk olahan dari tepung terigu banyak di ekspor, seperti mie instan, kue dan produk makanan berbahan dasar tepung terigu lainnya,” jelas Franky.
Atas dasar itu, Aptindo tetap mendukung pemerintah dalam hal ekspor impor untuk menciptakan keseimbangan pasar secara global. “Nah, ini lah yang disebut dengan trade balancing,” tutup Franky. (RO/OL-09)
ASOSIASI Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengkritisi penetapan dan sosialisasi pembatasan operasional truk sumbu 3 di jalur tol pada saat hari libur Maulid Nabi selama 3 hari
PT Merak Chemicals Indonesia (MCCI), produsen Purified Terephthalic Acid (PTA) menyatakan komitmennya untuk memperkuat pasokan bahan baku bagi industri tekstil dan plastik dalam negeri.
Pelaku usaha mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam mempermudah perizinan impor dengan menghapus kebijakan kuota.
Industri tekstil nasional tengah mengalami tekanan berat disebabkan massifnya impor produk jadi dari Tiongkok sehingga mengganggu daya saing industri.
Kebijakan tarif terbaru ini dijadwalkan mulai berlaku pada 7 Agustus 2025.
Kebijakan tarif tersebut mulai berlaku pada 1 Agustus 2025 dan menjadi salah satu tarif terendah yang diberikan AS untuk negara di kawasan Asia Tenggara.
Kegiatan yang digelar Pemerintah Kota Denpasar tersebut merupakan upaya pengendalian inflasi daerah
PRESIDEN Prabowo Subianto mengancam agar tidak ada pihak yang bermain-main dengan kebutuhan pangan. Soal permasalahan beras, ia memperingatkan penggilingan beras skala besar
Blue bites adalah bentuk konkret dari konsep blue food, yaitu pangan yang berasal dari ekosistem perairan, laut, pesisir, sungai, dan danau—seperti ikan, rumput laut, moluska, dan krustasea.
EDITORIAL Media Indonesia pada Rabu (16/7) lalu menggambarkan kenyataan pahit mengenai dugaan beras oplosan di Indonesia.
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth, mendesak Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Food Station bersikap terbuka terkait beras oplosan.
PEMERINTAH Indonesia tengah memacu transformasi ekonomi nasional melalui penguatan sektor pangan dan energi domestik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved