Inflasi Diprediksi tidak akan Meningkat

Fetry Wuryasti
17/2/2021 16:47
Inflasi Diprediksi tidak akan Meningkat
Calon pembeli berbelanja di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/2).(Antara)

EKONOM LPEM Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky memperkirakan inflasi masih berada di bawah kisaran target Bank Indonesia selama delapan bulan berturut-turut dan diperkirakan tidak akan meningkat tajam dalam waktu dekat mengingat prospek ekonomi yang menantang.

"Memasuki tahun 2021, kami tidak melihat adanya tanda-tanda perbaikan inflasi karena laju inflasi tahunan di Januari tercatat sebesar 1,55% (yoy), turun dari 1,68% (yoy) pada bulan sebelumnya karena permintaan masih rendah akibat pengaruh pandemi covid-19 yang memporakporandakan perekonomian dan menggerus daya beli masyarakat," kata Teuku Riefky, Rabu (17/2).

Demikian pula secara bulanan, laju inflasi headline atau indeks harga konsumen (IHK) pada Januari tercatat sebesar 0,26% (mtm), lebih rendah secara signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 0,38% (mtm).

Rendahnya laju inflasi saat ini dipengaruhi oleh turunnya tekanan inflasi volatile food (barang mudah bergejolak) dan inflasi inti serta deflasi yang terjadi pada kelompok administered prices (barang/jasa yang perkembangan harganya diatur pemerintah).

Sebagai kontributor terbesar inflasi di Indonesia, komponen inflasi volatile food mencatatkan inflasi tahunan sebesar 2,82% (yoy), melambat dari 3,62% (yoy) pada Desember 2020.

Sementara itu, inflasi bulanannya juga mengalami angka inflasi yang rendah sebesar 1,15% (mtm), lebih rendah dari 1,94% (mtm) di Januari 2020 yang dipengaruhi oleh rendahnya harga telur dan bawang merah.

Secara keseluruhan, tren inflasi harga pangan telah turun, di tengah permintaan agregat yang sangat lemah, panen yang kuat dan rantai pasokan global yang masih terganggu.

Sementara itu, inflasi bulanan kelompok harga diatur pemerintah tercatat mengalami deflasi sebesar 0,19% (mtm), meskipun sedikit lebih baik dari deflasi di Januari tahun lalu sebesar 0,28%.

Deflasi yang tercatat lebih dalam pada kelompok administered prices relatif normal di awal tahun akibat adanya normalisasi tarif angkutan, terutama tiket pesawat setelah masa perayaan dan libur akhir tahun.

Di sisi lain, inflasi inti terus mengalami tren penurunan menjadi 1,56% (yoy) dan 0,14% (mtm) dibandingkan 1,60% (yoy) pada bulan sebelumnya dan 0,18% (mtm) pada bulan yang sama tahun lalu.

Inflasi inti yang rendah sejalan dengan aktivitas ekonomi yang melambat setelah serentetan bencana alam, sementara adanya lonjakan infeksi covid-19 memaksa pemerintah Indonesia untuk kembali menerapkan langkah-langkah pembatasan parsial mobilitas masyarakat di Jawa dan Bali untuk mengurangi penyebaran virus.

"Dengan inflasi yang masih di bawah target dalam beberapa bulan terakhir, kami menyarankan BI untuk terus menjaga stance kebijakan moneter yang akomodatif untuk mendukung upaya pemulihan," kata Riefky. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya