Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Penambahan Penduduk Miskin Lebih Dalam di Wilayah Pendesaan

M. Ilham Ramadhan Avisena
15/2/2021 15:01
Penambahan Penduduk Miskin Lebih Dalam di Wilayah Pendesaan
Ilustrasi masyarakat pedesaan( MI/Dwi Apriani )

HASIL survei ekonomi nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2020 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 10,19%, atau 27,55 juta orang. Angka itu naik 0,97% atau sebanyak 2,76 juta orang dari September 2019.

Kenaikan jumlah penduduk miskin di Tanah Air itu merupakan dampak buruk pandemi covid-19 yang menghantam sejak Maret 2020.

Kendati demikian, Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Senin (15/2) mengatakan, kenaikan angka kemiskinan yang terjadi di Indonesia tidak sedalam perkiraan Bank Dunia.

"Pandemi covid menyebabkan penduduk miskin meningkat. Meski ada kenaikan penduduk miskin, kenaikan penduduk miskin di Indonesia tidak setinggi berbagai prediksi karena beberapa program pemerintah sangat membantu utamanya untuk lapisan bawah," kata Suhariyanto.

Dia bilang, Bank Dunia kala itu memproyeksikan Indonesia akan mengalami penambahan jumlah penduduk miskin di kisaran 10,7% hingga 11,6%. Itu dengan asumsi pemerintah tidak memberikan dukungan kepada masyarakat.

Nyatanya, di 2020 pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp695,2 triliun dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang di dalamnya terdapat pos perlindungan sosial dengan alokasi anggaran sekitar Rp220 triliun.

Suhariyanto bilang, dukungan pemerintah melalui perlindungan sosial itu terbukti mampu menahan laju tingkat kemiskinan akibat pandemi covid-19. "Terutama untuk lapisan bawah, dan kita tahu pemerintah memperluas bansos tidak saja untuk 40% lapisan masyarakat bawah tapi diperluas ke 60% lapisan bawah," terangnya.

Lebih lanjut, berdasarkan susenas BPS pula diketahui dampak pandemi lebih dirasakan oleh penduduk miskin di perkotaan ketimbang pedesaan. Tercatat, di era pandemi penduduk miskin di perkotaan naik sebesar 1,32% dan penduduk miskin di pedesaan naik 0,60%.

Baca juga: Gara-gara Pandemi Covid-19 Penduduk Miskin Bertambah 2,76 Juta

Akan tetapi, secara persentase penduduk miskin yang tinggal di pedesaan lebih tinggi dibanding penduduk miskin yang ada di perkotaan, yakni 13,20% berbanding 7,88%. "Itu tentu perlu mendapat perhatian ekstra," tutur Suhariyanto.

Dari hasil survei BPS pula diketahui indeks kedalaman kemiskinan pada September 2020 berada di level 1,75. Indeks tersebut menggambarkan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.

Semakin jauh jaraknya terhadap garis kemiskinan, maka semakin berat upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi kedalaman kemiskinan. Indeks kedalaman yang berada di posisi 1,75 itu berasal dari kedalaman kemiskinan di pedesaan 2,39 dan perkotaan 1,26.

Kemudian didapati pula indeks keparahan kemiskinan yang mencerminkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Tercatat indeks keparahan kemiskinan meningkat menjadi 0,47 di September 2020 dari sebelumnya di posisi 0,36 pada September 2019.

"Persentase penduduk miskin desa lebih tinggi dari kota, dan tingkat kedalaman maupun keparahan lebih dalam dibanding kota. Sehingga perlu perhatian khusus untuk mengangkat mereka yang di pedesaan agar bisa keluar dari kemiskinan," kata Suhariyanto.

Adapun garis kemiskinan per kapita pada September 2020 ialah sebesar Rp458.947 per bulan. Sedangkan garis kemiskinan per rumah tangga miskin ialah Rp2.216.714 per bulan.

Lebih lanjut, Suhariyanto bilang, naiknya persentase penduduk miskin Indonesia menjadi 10,19% menyebabkan peningkatan gini rasio dari 0,380 menjadi 0,385 di September 2020. Peningkatan gini rasio disebut terjadi di perkotaan maupun pedesaan.

"Pergerakan gini rasio di provinsi berbeda, ada provinsi yang mengalami peningkatan gini rasio, tapi ada beberapa provinsi yang mengalami penurunan gini rasio. Ini terjadi karena perilaku masyarakat 40 lapisan terbawah, 40 lapisan menengah dan 20 lapisan atas berbeda, sehingga komposisi pengeluaran dari masyarakat di masing-masing provinsi berbeda. Tetapi secara nasional gini rasio mengalami peningkatan," pungkasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya