Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Taiwan Latih Petani Karawang Budi Daya Hortikultura

Mediaindonesia.com
25/11/2020 19:39
Taiwan Latih Petani Karawang Budi Daya Hortikultura
.(DOK TETO)

TERIK matahari yang menggantung tinggi di langit menciptakan suhu panas mendekati 35 derajat celsius. Di lahan pertanian di kawasan Karawang yang dikenal sebagai lumbung beras Indonesia, ahli dari Misi Teknik Pertanian Taiwan (Taiwan Technical Mission/TTM) Chiu melakukan pengecekan tanaman di lahan bersama dengan petani Indonesia.

Di wilayah Karawang, mata pencaharian masyarakat secara turun temurun yaitu bercocok tanam padi. Kini melalui bantuan TTM, para petani berhasil menanam tanaman hortikultura berkualitas tinggi, seperti sayuran tomat kecil, okra, dan jambu biji. Ini membantu petani meningkatkan pendapatan tahunan mereka hingga sekitar 20% pada tahun ini.

Chiu saat ini bertanggung jawab atas proyek pengembangan hortikultura di Karawang. Pada 2019, ia datang ke Indonesia dengan membawa pengalaman bertani selama bertahun-tahun di Taiwan.

Ia bertekad untuk membudidayakan tanaman hortikultura di Karawang sebagai sumbangsihnya untuk Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, Chiu mengajar petani lokal mulai dari teknik penanaman, pembibitan, penanaman, transplantasi, penyakit, dan hama serangga sampai ke produksi dan penjualan.
Chiu yang memakai kacamata berbingkai hitam ini mengenang saat dirinya mulai mendiskusikan budi daya tanaman dengan petani. Petani selalu bilang ingin menanam brokoli.

Saat itu ia berpikir ada masalah karena brokoli merupakan tanaman jenis dingin dan tidak dapat ditanam tanpa ketinggian tertentu di Indonesia. "Apakah Indonesia memiliki jenis tanaman unik? Dengan hati penasaran akhirnya saya memutuskan pergi ke ladang bersama para petani dan menemukan ternyata yang dibicarakan oleh para petani itu ialah kembang kol," ujarnya. Memang kembang kol bisa tahan panas dan mampu beradaptasi dengan iklim Karawang yang cukup panas.

Selain kondisi iklim, tantangan lain yang dihadapi tim teknis Taiwan dalam pendampingan awal yaitu Karawang termasuk kawasan persawahan. Tanah di sana sudah lama tergenang air, sehingga tekstur tanah menjadi lengket dan berat. Ini tidak kondusif untuk sebagian besar tanaman hortikultura.

Karena itu, tim teknis harus mencari jenis tanaman lokal yang cocok dengan kondisi seperti itu. Bila terjadi kekeringan, tanahnya akan menjadi sekeras batu. Ini akan menyebabkan akar tanaman tidak dapat bernapas dan daya serap menjadi tidak baik.

Menghadapi tantangan itu, tim teknis perlu berupaya untuk memperbaiki tekstur tanah dengan menggunakan pupuk organik dan kapur dalam jumlah besar, diaduk di tanah untuk memperbaiki tekstur sehingga mendekati standar umum untuk budi daya tanaman hortikultura. Setelahnya, baru bisa mulai membudidayakan tanaman.

Setelah masalah varietas dan tanah tuntas, tantangan selanjutnya yaitu petani tidak memiliki pengalaman berkebun. TTM mulai membina petani dari penyiapan tanaman, pembibitan, penanaman, penyiraman, pemupukan, obat-obatan, sampai panen.

Karena pengelolaan tanaman hortikultura membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga dibandingkan dengan menanam padi, pertama kali para petani diminta untuk mengelola lahan secara mandiri. Setelah komunikasi terus menerus dan pertemuan rutin, para petani akhirnya dapat mandiri secara aktif melaporkan kondisi ladang, seperti penyebab daun menguning, ada serangga di lapangan, obat yang harus disemprotkan.  

Mereka juga sanggup panen secara mandiri dan mengirim hasil panen ke tempat pengumpulan sementara di tim teknis. Mereka bersama-sama melakukan pemprosesan pascapanen, seperti pemotongan daun, pembersihan, dan pengemasan.

Petani yang mendapat bimbingan dari TTM sekaligus Ketua Tim Produksi dan Pemasaran, Abudulrohim, mengakui bimbingan yang penuh kesabaran dari tim teknis membuahkan pemandangan di desa Karawang yang berbeda. Petani memperoleh hasil panen yang baik dalam budi daya sayur mayur, selain bertanam padi. Ditambah lagi sumber pendapatan lebih banyak dengan rata-rata peningkatan tahunan sebesar 20%.

Rencana pengembangan hortikultura selama tiga tahun untuk wilayah Karawang di Indonesia bertujuan memberikan panduan teknis lengkap kepada petani. Ini berdasarkan pengalaman sukses tim teknis Taiwan dalam pembinaan perencanaan agribisnis dan penggunaan sistem pemasaran bersama. Dengan demikian, para petani bisa membangun jalur penjualan yang stabil dalam rangka mencapai tujuan pemerintah Indonesia meningkatkan pendapatan petani di Karawang.

Kerja sama teknik pertanian antara Taiwan dan Indonesia dimulai pada 1976. Pada 21 Mei tahun itu, Taiwan dan Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama teknik pertanian. Akhir Oktober, tim teknik pertanian diberangkatkan ke Surabaya untuk membantu provinsi tersebut dalam pelaksanaan rencana pembangunan pertanian yang komprehensif. Jadi, sampai sekarang telah melewati 44 tahun.

Saat ini, selain rencana pengembangan hortikultura kawasan Karawang, Misi Teknik Pertanian Taiwan juga mempromosikan One Village One Product in Bali (OVOP), Manajemen Usaha Pertanian di Bogor, Penguatan Pembudidayaan dan Pengembangan Usaha Pertanian di Wilayah Bandung di Indonesia dengan total 18 proyek kerja sama, termasuk Pengembangan Benih Padi Berkualitas Tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan dan Proyek Pengembangan Hortikultura Wilayah Karawang. Ada pula lebih dari 130 seminar dan kegiatan observasi yang secara langsung memberikan manfaat kepada 20.000-an petani Indonesia berupa peningkatan mata pencaharian yang signifikan. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya