Inflasi Oktober bukan Pertanda Pulihnya Daya Beli

Mediaindonesia.com
03/11/2020 13:01
Inflasi Oktober bukan Pertanda Pulihnya Daya Beli
Pedagang merapikan kentang di Pasar Senen, Jakarta, Senin (2/11/2020).(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

INFLASI yang terjadi pada Oktober lalu tidak serta merta menandakan pulihnya daya beli masyarakat. Pasalnya, ada gejolak harga (volatile price) sebagai faktor utama yang memberi andil terhadap inflasi.

"Terjadi inflasi 0,07% pada Oktober yang menyudahi deflasi selama tiga bulan sejak Juli sebesar 0,10%, Agustus 0,05% dan September 0,05%. Inflasi Januari-Oktober sebesar 0,95% dan inflasi tahunan (year on year), yakni 1,44%," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konperensi pers virtual di Jakarta kemarin.

Suhariyanto menambahkan inflasi inti mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yang menunjukkan belum pulihnya daya beli masyarakat. BPS mencatat pada Oktober terjadi inflasi pada komponen inti 0,04% dan memberikan andil pada inflasi sebesar 0,03%. Apabila dilihat selama Januari-Oktober, inflasi pada komponen inti tercatat 1,50% dan secara tahunan sebesar 1,74% (lihat grafik).

"Perilaku masyarakat berbeda. Sebanyak 40% golongan menengah ke bawah banyak yang dirumahkan atau mengalami penurunan upah sehingga daya beli mereka menurun. Tetapi golongan menengah ke atas masih menahan (konsumsi)," lanjut Suhariyanto.

Di sisi lan, Bank Indonesia (BI) juga menyatakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober mencatat inflasi 0,07% setelah mengalami deflasi berturut-turut tiga bulan sebelumnya.

"Perkembangan ini dipengaruhi inflasi inti yang tetap rendah di tengah kenaikan inflasi kelompok volatile food dan deflasi yang lebih rendah pada kelompok administered prices. Secara tahunan, inflasi IHK Oktober tercatat 1,44%, sedikit meningkat dari inflasi bulan lalu sebesar 1,42%," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko melalui keterangan resminya kemarin.

Baca juga: Setelah Tiga Bulan Deflasi, Oktober Alami Inflasi 0,07%

Pada kesempatan terpisah, Presiden Joko Widodo mengemukakan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2020 masih berada di level negatif, yakni di kisaran -3%.

"Dalam sehari dua hari ini diumumkan BPS. Perkiraan kami berada di angka -3% naik sedikit," ungkap Presiden saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, kemarin.

Untuk itu, Kepala Negara menginstruksikan seluruh jajarannya terus tancap gas demi mengangkat tren positif tersebut. Kinerja triwulan IV terutama dalam belanja pemerintah harus benar-benar dimaksimalkan.

"Kita harus beri tekanan di triwulan IV agar bisa positif. Perbaiki lagi belanja anggaran. Itu harus dikejar. Kalau triwulan IV sudah maksimal membelanjakan anggaran, hati-hati, persiapan di triwulan I 2021 harus dimulai dari sekarang," tegas Presiden. (Mir/Des/Pra/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya