Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
INFLASI yang terjadi pada Oktober lalu tidak serta merta menandakan pulihnya daya beli masyarakat. Pasalnya, ada gejolak harga (volatile price) sebagai faktor utama yang memberi andil terhadap inflasi.
"Terjadi inflasi 0,07% pada Oktober yang menyudahi deflasi selama tiga bulan sejak Juli sebesar 0,10%, Agustus 0,05% dan September 0,05%. Inflasi Januari-Oktober sebesar 0,95% dan inflasi tahunan (year on year), yakni 1,44%," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konperensi pers virtual di Jakarta kemarin.
Suhariyanto menambahkan inflasi inti mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yang menunjukkan belum pulihnya daya beli masyarakat. BPS mencatat pada Oktober terjadi inflasi pada komponen inti 0,04% dan memberikan andil pada inflasi sebesar 0,03%. Apabila dilihat selama Januari-Oktober, inflasi pada komponen inti tercatat 1,50% dan secara tahunan sebesar 1,74% (lihat grafik).
"Perilaku masyarakat berbeda. Sebanyak 40% golongan menengah ke bawah banyak yang dirumahkan atau mengalami penurunan upah sehingga daya beli mereka menurun. Tetapi golongan menengah ke atas masih menahan (konsumsi)," lanjut Suhariyanto.
Di sisi lan, Bank Indonesia (BI) juga menyatakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober mencatat inflasi 0,07% setelah mengalami deflasi berturut-turut tiga bulan sebelumnya.
"Perkembangan ini dipengaruhi inflasi inti yang tetap rendah di tengah kenaikan inflasi kelompok volatile food dan deflasi yang lebih rendah pada kelompok administered prices. Secara tahunan, inflasi IHK Oktober tercatat 1,44%, sedikit meningkat dari inflasi bulan lalu sebesar 1,42%," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko melalui keterangan resminya kemarin.
Baca juga: Setelah Tiga Bulan Deflasi, Oktober Alami Inflasi 0,07%
Pada kesempatan terpisah, Presiden Joko Widodo mengemukakan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2020 masih berada di level negatif, yakni di kisaran -3%.
"Dalam sehari dua hari ini diumumkan BPS. Perkiraan kami berada di angka -3% naik sedikit," ungkap Presiden saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Untuk itu, Kepala Negara menginstruksikan seluruh jajarannya terus tancap gas demi mengangkat tren positif tersebut. Kinerja triwulan IV terutama dalam belanja pemerintah harus benar-benar dimaksimalkan.
"Kita harus beri tekanan di triwulan IV agar bisa positif. Perbaiki lagi belanja anggaran. Itu harus dikejar. Kalau triwulan IV sudah maksimal membelanjakan anggaran, hati-hati, persiapan di triwulan I 2021 harus dimulai dari sekarang," tegas Presiden. (Mir/Des/Pra/X-3)
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved