Perpanjangan GSP, Pererat Hubungan Indonesia dan AS

M Iqbal Al Machmudi
03/11/2020 08:05
Perpanjangan GSP, Pererat Hubungan Indonesia dan AS
Aktivitas bongkar muat di pelabuhan(Antara/Sigid Kurniawan)

Kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) bakal  terasa lebih erat dengan keputusan pemerintah AS memperpanjang preferensi tarif Generalized System of Preferences (GSP) selama 3 tahun ke depan.

Duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Muhammad Lutfi, mengatakan selain perdagangan sektor lainnya yang akan merasakan dampak positif adalah  kerja sama di bidang investasi. Perpanjangan GSP ini juga tidak terlepas dari hubungan bilateral yang dijalin dengan sangat baik antara Indonesia dan AS, termasuk di tingkat pemimpin kedua negara.

"Fasilitas GSP sangat penting dalam membantu agar produk-produk ekspor unggulan Indonesia dapat terus kompetitif di pasar AS yang memang dikenal memiliki tingkat persaingan yang tinggi. Apalagi selama ini AS merupakan pasar ekspor non-migas terbesar kedua di dunia bagi Indonesia," kata Lutfi saat konferesi pers secara daring, Senin (2/11).

Pada 2019, nilai ekspor Indonesia dengan fasilitas GSP mencapai USD2,61 miliar atau setara dengan 13,1% dari keseluruhan ekspor Indonesia ke AS yang berjumlah USD20,1 miliar.

Sementara pada periode Januari-Agustus 2020 nilainya berjumlah USD1,87 miliar atau naik 10,6% (yoy).

"Usai mendapatkan perpanjangan GSP, langkah yang segera kita lakukan adalah menyusun Road Plan dengan memfokuskan pada skema 5+7+5," ucapnya.

Lutfi menjabarkan bahwa skema 5+7+5 yakni 5 produk utama seperti pakaian, karet, alas kaki, elektronik dan furniture. Selanjutnya, 7 produk potensial seperti produk kayu, travel goods, produk kimia lainnya, perhiasan, mainan, rambut artifisial dan produk kertas. Dan 5 produk strategis seperti mesin, produk plastik, suku cadang otomotif, alat optik dan medis dan produk kimia organik.

Selama ini, dari 3.572 pos tarif yang mendapatkan fasilitas GSP, tercatat baru 729 pos tarif atau praktis hanya sebesar 20,4% yang menggunakan tarif nol persen ke pasar AS. Sisanya, hampir 80% belum dimaanfaatkan.

“Terkait hal ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC bersama dengan kementerian terkait di tanah air dan juga KADIN, khususnya KIKAS (KADIN Indonesia Komite AS), akan segera melakukan program sosialisasi yang intensif kepada eksportir Indonesia agar mereka dapat mengoptimalkan preferensi tarif ini," jelasnya.

Pos-pos tarif yang mendapatkan fasilitas GSP, banyak yang diproduksi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia, seperti mebel, perhiasan perak, hand bag, pintu kayu dan sebagainya. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya