Kolaborasi Insinyur Dibutuhkan Hadapi Pandemi

Media Indonesia
19/10/2020 03:20
Kolaborasi Insinyur Dibutuhkan Hadapi Pandemi
Presiden Association of Engineering Education Southeast and East Asia and the Pacific (AEESEAP) Heru Dewanto.(Dok. Pribadi)

PERSATUAN Insinyur Indonesia (PII) mengusulkan perlunya platform digital berupa big data insinyur sedunia sebagai sarana kolaborasi para insinyur untuk menghadapi persoalan global. Saat pandemi covid-19 seperti sekarang ini, dibutuhkan kolaborasi para bioengineer (insinyur teknik hayati) dunia dalam percepatan pembuatan vaksin.

“Kini, yang dibutuhkan bukanlah kompetisi bioengineer antarnegara, melainkan kerja sama dalam riset untuk secepat mungkin menghasilkan vaksin covid-19,” kata Presiden Association of Engineering Education Southeast and East Asia and the Pacific (AEESEAP) Heru Dewanto dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (18/10/2020).

Dalam sebuah workshop virtual bertajuk Enhancing Engineering Value Chain, Heru menjelaskan para ahli bioengineering bisa menjadikan platform kolaborasi ini sebagai pertukaran informasi genom virus SARS CoV-2 di tiap negara, serta berbagai ilmu pengetahuan dalam percepatan pembuatan vaksin.

Dengan demikian, itu akan lebih memudahkan para ahli untuk menemukan solusi vaksin bagi dunia.

Dalam platform digital tersebut ada knowledge sharing, tapi tetap menjaga kerahasiaan, security, dan properti tiap negara sehingga kolaborasi para insinyur sedunia itu hanya bisa dilakukan kalau standar kompetensinya disetarakan secara global.

Di Indonesia, standardisasi itu sudah dilakukan PII bersama seluruh institusi pendidikan tinggi teknik dan asosiasi keahlian keteknikan.

“Standardisasi kompetensi insinyur di Indonesia dilakukan sepanjang rantai nilai keinsinyuran (engineering value chain),” ujarnya.

Rantai nilai yang pertama, papar Heru, ialah standardisasi kualitas program studi teknik di perguruan tinggi melalui akreditasi internasional.

Rantai kedua pendidikan profesi insinyur, rantai ketiga ialah standardisasi kompetensi insinyur profesional (IP) melalui sertifikasi internasional, dan rantai berikutnya registrasi insinyur.

Insinyur sedunia juga perlu melakukan standardisasi pendidikan teknik melalui akreditasi dan standardisasi kompetensi IP melalui saling mengakui atau mutual recognition agreement (MRA) secara internasional.

“Jadi, kalau ingin membangun SDM yang unggul dan berdaya saing global di bidang keinsinyuran, PII sudah menyiapkan sarana dan prasarananya di sepanjang rantai nilai keinsinyuran tersebut,” ujar Heru.(Ant/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya