Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
CATATAN Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait kinerja perbankan pada Agustus 2020 menunjukkan penyaluran kredit hanya tumbuh 1,04%, atau lebih lambat dibandingkan periode Juli 2020 sebesar 1,53%.
Di lain sisi, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2020 tumbuh 11,64%, atau lebih tinggi dari periode Juli 2020, yakni 8,53%.
Kondisi perbankan secara keseluruhan dalam kondisi aman. Sebab, rasio alat likuid/non core deposit berada di level 143,16% dan rasio alat likuid/DPK berada di level 30,47%. Kedua indikator melampaui ambang batas aman, yakni 50% dan 10%.
Baca juga: Perbaikan Harga Komoditas Dipengaruhi Ketersediaan Vaksin Covid-19
Akan tetapi, penyaluran kredit yang melambat dan meningkatnya himpunan DPK akan menggerus laba perbankan. Pasalnya, pendapatan dari bunga kredit menurun. Namun pada saat bersamaan, biaya bunga deposito naik seiring tumbuhnya DPK.
"Pasti berpengaruh pada laba bank. Karena laba bank itu berasal dari bunga kredit dan cost-nya dari deposito. Biasanya bank yang memiliki fee based income, yang profitnya turun, tapi tidak terlalu besar. Kalau bank yang hanya bergantung pada kredit, ini cenderung berat," tutur ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani saat dihubungi, Sabtu (26/9).
Dalam kondisi normal, sambung dia, biasanya pertumbuhan kredit lebih tinggi dibandingkan DPK. Namun, pandemi covid-19 menjadi akar masalah yang mengakibatkan ketidakpastian. Serta, membuat banyak orang menahan konsumsi, investasi dan produksi.
Baca juga: OJK: Selama Pandemi tidak Ada Masalah Likuiditas Pada Bank
Alih-alih meminta kredit dari perbankan, pelaku ekonomi justru menyimpan dana yang dimiliki di bank sebagai bantalan. Dalam konteks masyarakat, mereka yang mengendapkan uangnya di bank ialah golongan menengah atas.
Menurut Aviliani, ketidakpastian akibat pandemi covid-19 membuat golongan tersebut menahan konsumsi melalui kredit. "Individu itu kebanyakkan dana kelas atas. Mereka mengurangi konsumsi karena paling takut dengan covid-19 ini. Sehingga, dana mereka tidak digunakan dan ditempatkan di bank," imbuh Aviliani.
Dari sisi sektor usaha, menyimpan uang di bank merupakan pilihan terbaik saat ini. Sebab, perusahaan perlu mengatur arus kas dan menjaga kondisi keuangan.
Baca juga: Kemenkeu: Belanja Pemerintah Sering Bocor dan Tidak Efisien
Di tengah pandemi covid-19, lanjut dia, tingkat produksi menjadi terbatas dan sulit untuk melakukan ekspansi. Oleh karena itu, dana yang disimpan di bank dapat digunakan ketika kegiatan operasional kembali normal.
Aviliani mengingatkan pemerintah untuk membelanjakan anggaran secara efektif. Serta, berdampak pada dunia usaha dan meningkatkan konsumsi masyarakat. Hal itu akan mendorong penyaluran kredit perbankan.
Pemerintah juga diminta untuk memperpanjang kebijakan restrukturisasi kredit dan meninjau sasaran berdasarkan sektor. Regulasi penguatan perbankan dan keuangan diperlukan untuk mengantisipasi dampak pandemi yang berkelanjutan.(OL-11)
Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo mengatakan penurunan BI Rate sebesar 25 bps pada Rabu (20/8), memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter.
Penyelenggaraan IDBS 2025 sejalan dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, yang pada 2024 mencapai US$90 miliar dan naik 13% dari tahun sebelumnya.
PT Trimegah Karya Pratama atau UltraCorp terus mengembangkan bisnis dengan menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan termasuk perbankan.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali menyelenggarakan BCA Business Case Competition (BBCC), sebuah kompetisi tahunan bagi mahasiswa Indonesia.
Kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang mendorong banyak individu dan keluarga menjadikan asuransi jiwa sebagai bagian dari strategi perlindungan masa depan.
Sebagai platform investasi digital, Fundtastic terus berinovasi memperkuat posisinya dalam ekosistem keuangan di Indonesia.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI rate harus segera disambut pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) akan menggelar BCA Expo 2025 di Hall 5–10 ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, pada 22–24 Agustus 2025.
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I 2025. Penyaluran kredit tumbuh sebesar 5,97% secara tahunan (yoy) menjadi Rp1.416,62 triliun.
PT Bank Danamon Indonesia membukukan total kredit dan trade finance konsolidasi sebesar Rp195,7 triliun di sepanjang semeseter pertama 2025.
Di tengah peningkatan penyaluran kredit, kualitas kredit tetap terjaga, tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) gross sebesar 2,22% dan NPL net sebesar 0,84%.
Teknologi membuka peluang efisiensi baru — mulai dari underwriting yang lebih cepat dan presisi, hingga klaim otomasi dan prediksi risiko berbasis perilaku.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved