Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Dukung Startup Binaan, Kemenristek Fokus Sinergikan Triple Helix

Ghani Nurcahyadi
05/9/2020 22:30
Dukung Startup Binaan, Kemenristek Fokus Sinergikan Triple Helix
Tim dari Deputi Penguatan Inovasi Kemenristek/BRIN mengunjungi rumah produksi BonnisA(Dok. Pribadi)

PERUSAHAAN rintisan (startup) di indonesia menjadi perhatian Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek)/Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN). Melalui Deputi Bidang Penguatan Inovasi, Kemenristek BRIN mengajak starup untuk berkolaborasi dalam sinergi pelaku kemitraan (triple helix).

Staf Khusus Menristek/Kepala BRIN Adrian A Gunadi mengatakan, pemerintah memiliki tugas sebagai investor akademisi lalu mempertemukan hasil riset tersebut dengan dunia usaha agar bisa dilakukan hilirisasi ke masyarakat. 

"Hilirisasi masih jadi kendala karena terkadang masih sulit dimengerti dunia usaha. Para pelaku industri pun memiliki akses informasi yang terbatas terhadap perkembangan riset akademisi. Peran kami disini untuk meningkatkan pemberitaan terkait hasil riset agar lebih mudah diakses oleh dunia industri,” tutur Adrian dalam keterangan tertulisnya. 

Sinergi triple helix sudah diterapkan pada salah satu startup binaan Kemenristek BRIN yang mengikuti program Startup Inovasi Indonesian (SII) yaitu Biskuit BonissA. 

Biskuit BonnisA dikembangkan oleh dua dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP), Jurusan Teknologi Pangan, yaitu Debby Sumanti dan In-in Hanidah. Keduanya memanfaatkan sejumlah bahan pangan lokal untuk membuat biskuit prebiotik.

 

Baca Juga:  Kekeringan, Harga Bawang di Manggarai Terus Meroket


Bahan yang digunakan adalah bonggol pisang, ubi jalar, kedelai hitam dan susu. Bahan-bahan tersebut kemudian diformulasikan sedemikan rupa hingga mengandung senyawa Prebiotik. Selain itu sudah bekerjasama dengan dengan para petani pisang, ubi jalar, dan kedelai hitam. 

"Selain bisa menjamin kualitas bahan baku, Tim BonnisA pun membantu meningkatkan ekonomi para petani,” papar In in Hanidah, Research and Developmet (RnD) produk Biskuit BonnisA, di Laboratorium Produksinya yang bertempat di kampus UNPAD, Kamis (03/09/2020).
 
In In menambahkan, Biskuit BonnisA sangat terbantu oleh Kemenristek BRIN. Ia mengungkapkan, pada 2019, BonnisA ikut program CPBBT PT, yang kini bernama SII, Ada 2 manfaat besar dari program tersebut yaitu dana penelitian dan jaringan. Biskuit BonnisA sudah dan tersertifikasi halal dan memiliki hak paten untuk formulanya. 

"Sementara untuk hak merek masih dalam proses. Lalu dengan dana riset kami bisa memiliki laboratorium produksi sendiri, dan membeli alat produksi baru. Dikarenakan sudah memiliki laboratoirum yang terpisah dari fasilitas kampus, maka kami juga jadi teaching industry pertama di FTIP. Mahasiswa bisa magang di kami, alumni pun bisa bekerja di kami untuk mengembangkan produk Biskuit BonnisA,” ujar In in.

"Dalam sehari Tim Bonnisa bisa membuat hingga 80 pax ukuran 25 gram dan selalu habis terjual bahkan hingga ke Kalimantan. Biskuit halal dan sehat ini hanya dibanderol dengan harga Rp10.000 untuk ukuran 25gram, dan Rp. 40.000 untuk ukuran 125 gram. Produk ini sudah bisa dibeli melalui Shoppe, Tokopedia, Instagram atau pun datang langsung ke FTIP UNPAD," ungkap In in. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya