Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PT Pertamina (persero) telah melakukan berbagai kebijakan untuk menutup kerugian sebesar Rp11 triliun yang dialaminya pada Semester I 2020. Salah satunya ialah dengan memangkas belanja modal (capital expenditure atau capex) dan belanja operasional (operational expenditure atau opex).
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, saat rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI dengan Dirut PT Pertamina (persero) di Gedung DPR RI, Jakarta, kemarin, mengatakan Pertamina telah melakukan sembilan kebijakan agar tidak terus merugi.
Pertama, memotong opex hingga 30% setara dengan US$3 miliar dan mengefisiensikan capex 23% senilai US$1,7 miliar. Dengan begitu, jumlahnya setara dengan Rp70 triliun.
“Bagaimana menyelamatkan Pertamina agar tidak merugi terus? Beberapa langkah strategis akan dilakukan dan akan terus dilakukan. Pertama, sejak Maret lalu kita sudah melakukan efisiensi capex dan opex. Kita sudah melakukan pemotongan hal ini juga yang membuat kita survive,” kata Emma.
Kedua, menjaga produksi minyak dan gas untuk menekan impor, optimalisasi program Pertamina loyalty dan diskon untuk meningkatkan pendapatan, renegosiasi kontrak dengan mata uang asing untuk dibayar dengan rupiah.
“Kelima, efisiensi konsumsi energi dengan mengganti penggunaan refinery fuel dengan natural gas/PLN, menurunkan integrated port time untuk menurunkan beban pokok penjualan, transformasi digital untuk SPBU dan centralised procurement,” jelasnya.
Selanjutnya, inventory build-up dengan manajemen time to buy pada saat harga minyak rendah dan melakukan mitigasi risiko selisih kurs dan meningkatkan kinerja cash flow.
Pertamina mengalami kerugian Rp11 triliun pada semester I 2020 akibat wabah covid-19 yang menekan demand dan nilai rupiah turut melemah.
Emma juga menyebut ada tiga faktor yang menyebabkan BUMN migas tersebut merugi. Salah satunya karena turunnya penjualan BBM.
Emma menjelaskan bahwa volume penjualan BBM turun hingga 26% yang dimulai pada Januari 2020 turun hingga 7,50% dan Mei 7,05%. Penjualan mulai menunjukkan tren positif sejak Mei meski belum kembali ke normal. Masalah kedua ialah fluktuasi rupiah. “Terakhir, pelemahan ICP tertekan hingga level yang terendah pada April 2020 sebesar US$21 per barel,” pungkasnya. (Iam/E-3)
Pemerintah Kota Sorong menggelar audiensi bersama PT Pertamina guna membahas berbagai isu strategis terkait distribusi dan pengawasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Pertamina dinilai sangat mendukung Kejaksaan Agung dalam melakukan penegakan hukum. Termasuk penetapan status tersangka dan upaya penangkapan M Riza Chalid.
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus mengedepankan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) dalam menjalankan operasionalnya.
PT Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan posisinya sebagai perusahaan yang dikelola secara profesional dan transparan.
Penetapan Muhammad Riza Chalid (MRC) sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung merupakan langkah berani dan patut diapresiasi.
Penyidik sudah tiga kali memanggil Riza Chalid untuk diperiksa dalam perkara ini. Namun, dia tidak memenuhi panggilan tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved