Presiden Jokowi Meminta Jaga Optimisme Kendati Tetap Realistis

Andhika prasetyo
28/7/2020 10:37
Presiden Jokowi Meminta Jaga Optimisme Kendati Tetap Realistis
Presiden Joko Widodo meminta seluruh pihak tidak terlena dengan prediksi IMF, World Bank, dan OECD.(MI/Haryanto Mega)

PRESIDEN Joko Widodo meminta seluruh pihak tidak terlena dengan prediksi International Monetary Fund (IMF), World Bank, dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) terkait pertumbuhan ekonomi global di 2021.

Menurut Jokowi, rasa optimistis memang harus dijaga, namun pemikiran realistis juga harus tetap dikedepankan.

"Situasi ekonomi global berkembang sangat dinamis penuh dengan ketidakpastian. Kita tetap harus waspada terhadap kemungkinan dan antisipasi risiko terjadinya gelombang kedua dan masih berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global di 2021," ujar Jokowi saat memimpin rapat terbatas secara virtual, Selasa (28/7).

Sebelumnya, IMF telah memprediksi pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh hingga 5,4% di tahun depan. Pertumbuhan positif juga dikeluarkan OECD yakni di kisaran 2,8% sampai 5,2%, dan World Bank di level 5,2%.

Indonesia pun cukup menjadi sorortan karena dipercaya bisa memiliki sistem pemuliham ekonomi tercepat setelah Tiongkok.

"Kalau perkiraan pertumbuhan ini betul, kita akan berada pada posisi ekonomi yang mestinya di atas pertumbuhan ekonomi dunia. Kalau proyeksi ini benar, saya kira patut kita syukuri. Tapi kita tetap harus waspada," tuturnya.

Oleh karena itu, demi menjaga kadar optimisme dan kewaspadaan yang seimbang, ia meminta seluruh menteri ekonomi mengalkulasi dengan cermat indikator-indikator ekonomi makro untuk 2021.

"Kita harus optimis tapi juga realistis dengan mempertimbangkan kondisi dan proyeksi terkini. Kita juga harus memastikan prioritas untuk 2021 dan juga pelebaran defisit untuk APBN 2021 yang difokuskan dalam rangka pembiayaan kegiatan percepatan pemulihan ekonomi dan sekaligus penguatan transformasi di berbagai sektor terutama di bidang kesehatan, reformasi pangan, energi, pendidikan," jelas Mantan Wali Kota Solo tersebut.

Di tengah kondisi seperti saat ini, ketika investasi dan ekspor impor tidak bisa diandalkan, pemerintah harus mendorong belanja pemerintah sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Stimulus bagi dunia usaha juga harus dipercepat agar sektor swasta dan UMKM segera pulih kembali.

"Kita tahu selama ini APBN hanya berkontribusi kurang lebih 14,5% pada PDB negara kita. Tapi, dalam situasi krisis seperti ini belanja pemerintah menjadi instrumen utama untuk daya ungkit," ucap Jokowi. (Pra/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya