Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Ekonom: Tugas BI Lebih Berat Jika OJK Bergabung

M. Iqbal Al Machmudi
24/7/2020 18:55
Ekonom: Tugas BI Lebih Berat Jika OJK Bergabung
Gubernur Bank Indonesia dan Ketua Dewan Komisioner OJK ikut dalam konferensi pers KSSK.(Antara/Hafidz Mubarak)

REKTOR Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Institute, Hermanto Siregar, menilai wacana peleburan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ke struktur Bank Indonesia (BI) tidak akan mudah. Sebab, tugas Bank Sentral menjadi lebih berat.

"Bila dibuat terpisah, akan lebih fokus menjalankan tugas. Walaupun nanti muncul isu terkait sinergi mencapai keseimbangan baru yang optimal, antara pengawasan perbankan dan pelaksanaan bank sentral, yang mengarah pada stabilisasi makroekonomi," papar Hermanto dalam seminar virtual, Jumat (24/7).

Baca juga: Semester I 2020, Apa Saja Kinerja OJK?

Selama pandemi covid-19 belum reda, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi akan melambat dan belum bergerak signifikan. Sehingga, pengawasan perbankan juga perlu diatur.

"Dalam pengalaman lembaga terkait OJK, BI dan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), keseimbangan ini cukup bagus. Sesuai dengan perannya untuk mengatasi perbankan dan penanganan variabel ekonomi. Baik dari sisi moneter, fiskal dan keuangan negara," jelas Hermanto.

Direktur Riset Center of Reform on Economics, Piter Abdullah, menilai wacana penggabungan cenderung mendadak. Kemungkinan ada penilaian bahwa kinerja OJK tidak cukup mengembirakan.

Baca juga: Pedagang Kecil Dapat Modal Kerja, Presiden: Tetap Bersyukur

Menurutnya, kinerja OJK tidak terlalu buruk. Saat pandemi covid-19, sektor riil yang terdampak membutuhkan bantuan. OJK dikatakannya cukup responsif dalam kebijakan pelonggaran restrukturisasi kredit perbankan.

“OJK sangat paham risiko wabah covid-19, dengan terbatasnya aktivitas sosial ekonomi dan tekanan di sektor riil. Maka risiko terbesar sektor keuangan adalah lonjakan kredit macet," tutur Piter.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya