Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Realisasi Lifting Migas masih di Bawah Target

Hld/E-3
18/7/2020 06:45
Realisasi Lifting Migas masih di Bawah Target
Penurunan harga minyak.(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI)

Kinerja lifting hulu minyak dan gas semester 1 2020 meleset dari target yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Penurunan harga minyak dan rendahnya serapan sebagai dampak covid-19 masih menjadi pemicu utama melesetnya kinerja migas tersebut.

Menurut laporan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi minyak dan gas (migas) mencapai 1,94 juta barel setara minyak per hari (million barrel oil equivalent per day/mboepd), terdiri atas produksi minyak sebesar 720.200 barel minyak per hari (barrel oil per day/bopd) dan produksi gas sebesar 6,83 juta standar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd).

Sementara itu, lifting migas mencapai 1.714 mboepd. Rinciannya, lifting minyak sebesar 713,3 ribu bopd, atau 94,5% dari target APBN yang ditetapkan sebesar 755 ribu bopd, sedangkan lifting (salur) gas sebesar 5.605 mmscfd, atau 84% dari target APBN  yang sebesar 6.670 mmscfd atau tercapai 84%.

Meski begitu, menurut Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, lifting minyak masih dapat diupayakan mendekati target APBN kendati mendapatkan tantangan yang sulit di tengah turunnya harga minyak dunia dan wabah covid-19.

“Target lifting gas cenderung sulit dicapai. Penurunan harga gas untuk industri yang efektif telah diberlakukan agar dapat meningkatkan serapan gas, belum memberikan dampak optimal. Penyebabnya adalah pandemi covid-19 yang juga menyebabkan penurunan kegiatan industri dan kelistrikan dan pada akhirnya menyebabkan penurunan penyerapan gas oleh end user,” ujarnya melalui keterangan resmi, kemarin.

Hal ini mengakibatkan penerimaan negara sektor hulu menurun secara berganda, baik disebabkan oleh pemotongan bagian negara agar harga gas industri tertentu dan kelistrikan dapat dipatok US$6 per mmbtu maupun dari penurunan volume serapan gas. (Hld/E-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya