Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SEJAK pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dan seluruh provinsi di Pulau Jawa, harga bawang putih dan bombai semakin turun. Padahal padan Februari-Maret 2020, harga kedua komoditi tersebut melejit.
Bawang putih merangkak naik Rp 60.000 per kg. Lebih parah bawang bombai mencapai Rp 150.000 per kg. Padahal dalam kondisi normal hanya Rp 20.000 per kg.
Sampai awal Mei 2020 harga terus menurun karena bawang putih dan bombai sudah mulai banyak masuk ke Indonesia. Kondisi ini dibenarkan oleh pedagang bawang putih dan bombai Pasar Induk Kramat Jati, Asih.
“Kondisi saat ini harga sudah turun, tadinya sempet tinggi. Bawang putih jenis kating 20.000 dan honan 19.000, kebawah pedagang eceran jual kisaran 24.000 atau 25.000, biasanya mereka ambil selisih sekitar 5000 an per kg nya. Kalau bawang bombai 250.000 sekarung isinya 20 kg,” papar Asih.
Salah satu pemerhati pertanian ketika diminta pendapatnya, Syaiful Bahari menjelaskan, turunnya harga dua komoditi yang menjadi sorotan masyarakat dan Presiden Jokowi tersebut, tidak lepas dari kebijakan relaksasi pemerintah untuk melonggarkan prosedur importasi bawang putih dan bombai demi memenuhi ketersediaan dalam negeri dan menstabilkan harga.
“Harga beli bawang putih dari Tiongkok sampai di pelabuhan Indonesia saat ini rata-rata sudah US$ 700 per ton, berarti harga per kg Rp 10.500. Jika dibandingkan pada Februari sampai Maret 2020 rata-rata US$ 1.200, berarti harga per kg Rp 18.000,” ungkapnya.
Demikian juga dengan bombay, sambung Syaiful, harga bombai Selandia Baru yang kecil Rp 12.000 per kg dan yang besar Rp 11.000 per kg. Bombai asal Tiongkok lebih murah lagi Rp 7.500 per kg. Modal belanja bombai di Tiongkok sekitar US$ 300 sampai US$ 350 per ton.
Jika dengan kurs dolar saat ini Rp. 15.000 maka modal per kilogramnya hanya Rp. 4.500 sampai Rp. 5.250. Bisa dibayangkan berapa selisihnya pada saat lonjakan harga di Februari dan Maret.
“Kalaupun di beberapa Propinsi seperti Papua harga bawang putih masih tinggi Rp. 60.000 per kg seperti yang diberitakan. Harus dihitung perjalanan ke Papua itu bisa memakan waktu dua minggu lebih. Jadi harus mempertimbangkan pergerakan harga saat ini dengan waktu pengiriman ke beberapa daerah,” jelas Syaiful.
Terkait dengan kebijakan tersebut, Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono mensyukuri jika kebijakan relaksasi tersebut dapat menurunkan harga bawang putih. “Ya Alhamdulillah, sekarang kan antara Rp 25.000 - Rp 30.000 per kg," ucapnya. (RO/OL-09)
Selanjutnya, kata Veri, terkait kebijakan relaksasi tersebut apakah nantinya akan diteruskan setelah masa 31 Mei 2020 berakhir, pihaknya akan melihat perkembangan termasuk dari stok dan harga yang ada.
“Tidak menutup kemungkinan nanti akan mengambil kebijakan yang baru. Kalau dirasakan cukup stoknya juga cukup, harganya sudah kondusif sampai lebaran maupun nanti harga yang masuk menurut catatan kami sudah lebih dari cukup. Nah itu nanti mungkin pak Menteri bisa ambil satu kebijakan atau kembali lagi seperti semula. Dan itu kan semua keputusan ada di pak Menteri,” tandas Veri.
Presiden Joko Widodo mengaku bingung dengan banyaknya istilah dalam penangan covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Demi membantu UMKM untuk bangkit kembali, influencer Bernard Huang membuat gerakan yang diberi nama PSBB atau Peduli Sesama Bareng Bernard dii Kota Batam.
Kebijakan itu juga harus disertai penegakan hukum yang tidak tebang pilih, penindakan tegas kepada para penyebar hoaks, dan jaminan sosial bagi warga terdampak.
Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 20.155 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 6.934 positif dan 13.221 negatif.
Untuk menertibkan masyarakat, tidak cukup hanya dengan imbauan. Namun harus dibarengi juga dengan kebijakan yang tegas dalam membatasi kegiatan dan pergerakan masyarakat di lapangan.
Epidemiolog UI dr.Iwan Ariawan,MSPH, mengungkapkan, untuk menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia, sebenarnya dibutuhkan PSBB seperti tahun 2020 lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved