Headline

Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.

Cungkil Karang untuk Bertani, Milenial NTT Raup Omzet Rp200 Juta

Mediaindonesia.com
18/4/2020 10:31
 Cungkil Karang untuk Bertani, Milenial NTT Raup Omzet Rp200 Juta
Mencungkil karang.(DOK KEMENTAN)

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo optimistis dengan semangat para milenial dalam upaya penumbuhan usaha agribisnis di Indonesia. SYL, sapaan akrabnya. Mentan SYL yakin sektor pertanian merupakan bidang usaha yang sangat prospektif.

“Sekarang saatnya yang muda yang menguasai teknologi yang jadi penggerak sektor pertanian, didukung teknologi modern maka dunia dalam genggaman kalian. Saya makin percaya anak muda yang terjun di bidang pertanian punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik,” ucap SYL. 

Lebih lanjut, SYL mengungkapkan, kini banyak petani milenial yang sukses menjadi pengusaha di berbagai sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir. Ini bukti bahwa pertanian merupakan sektor usaha yang sangat menjanjikan untuk masa depan.

Gestianus Sino, SP, Salah satu petani milenial asal NTT ini satu dari 67 orang petani melenial yang dikukuhkan oleh Menteri Pertanian pada Senin lalu. Pria kelahiran 22 April 1983 ini melakukan kegiatan pertanian terpadu dengan menggabungkan ikan lele, ayam kampung, ternak kambing, aquaponic, semuanya dalam satu lahan.

Gesti --panggilan akrabnya-- bercerita awal memulai terjun ke dunia pertanian, ia hanya berpikir bagaimana bisa bercocok tanam di tengah lahan yang tidak memungkinkan. Apalagi lahan di Kabupaten Kupang adalah lahan kering dan di penuhi banyak batu karang.

“Proses diawali dengan mencungkil karang, untuk mendapat tanah yang cocok ditanami. Kemudian melakukan treatment dasar dengan pupuk organik dari bahan lokal, pemilihan bibit sayur dan buah, dan penggunaan pupuk organik. bokasi/kandang dan pestisida organik. Setelah itu, saya mulai melakukan kegiatan pertanian terpadu dengan menggabungkan ikan lele, ayam kampung, ternak kambing, aquaponic, semuanya dalam satu lahan. Hasilnya dijual dan kebun tersebut dijadikan sebagai sekolah pertanian," terangnya.

Menurutnya, pertanian organik terpadu ternyata cocok diterapkan di NTT, karena menciptakan ketersediaan pangan, sehat dan mendukung kemandirian petani.  Dengan penerapan pertanian organik terpadu Gesti telah menghasilkan omzet mencapai Rp232 juta per tahun. 

Selain itu, Gesti juga menanam sayuran dan buah organik seperti pokcoy/kailan, brokoli, bayam, kangkung, serta buah seperti pepaya California, dan mangga serta dengan peternakan seperti ternak kambing, ayam kampung dan ikan lele.

“Soal produk yang dipasarkan memang masih di Kota Kupang dan sekitarnya, seperti dipasarkan ke pusat swalayan, hotel, dan perumahan-perumahan. Namun ia optimistis ke depan produk yang dihasilkan bisa ke luar ke kota dan kabupaten lainnya di NTT,” ungkap Gesti.

Terkait hal ini, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan, peningkatan petani pengusaha milenial sebagai upaya Kementan untuk mempercepat regenerasi petani. Petani pengusaha milenial ini juga didorong untuk ekspor.
 
“Turunnya jumlah petani berusia muda akan menimbulkan krisis petani. Oleh karenanya, regenerasi petani mutlak dilakukan karena mereka paling berperan sangat strategis dalam pembangunan pertanian Indonesia ke depan, di era modern. Mereka dipastikan melek teknologi dan cerdas,“ kata Dedi Nursyamsi. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya