Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Smelter Freeport Berproduksi 2023

Usman Kansong
26/8/2019 10:00
Smelter Freeport Berproduksi 2023
Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas(ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/)

PT Freeport Indonesia berkomitmen untuk membangun pabrik pengolahan hasil tambang atau  smelter di Gresik.

Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan smelter akan berproduksi mulai 2023.

“Smelter akan berproduksi 2023,” kata Tony Wenas, saat meninjau lokasi pembangunan smelter di Java Integrated Industrial and Port Estate atau JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Sabtu (24/8).

Smelter dibangun di lahan seluas 100 hektare di kawasan industri JIIPE dengan total biaya mencapai US$3 miliar.  Pembiayaan  pembangunan dapat diperoleh dari sindikasi perbankan.

“Sindikasi bank yang terdiri dari 11 bank asing dan dalam negeri sudah menyatakan bersedia mendanai pembangunan smelter tersebut. Akhir­ September urusan pendana­an rampung,” kata Wakil Direktur Utama­ Freeport Orias Petrus Moedak dalam kesempatan yang sama.

Dapat dikatakan bahwa pem­biayaan­ dari sindikasi perbankan ialah yang pertama kali dilakukan perusahaan sejak berdiri.

Sekarang pembangunan smelter mencapai tahap pematangan lahan.  Untuk konstruksi, Freeport memercayakannya kepada Chiyoda dan Autotec. Chiyoda akan mengadakan semua peralatan dan bahan dari sumber global sebagai bagian dari lingkup Pekerjaan EPC mereka.

Komponen utama untuk proses (flash smelting furnace, flash converting furnace, slag concentrator, anode furnace, dan anode casting wheel) akan dipasok Outotec melalui fasilitas pabrikan globalnya,

Smelter di Gresik itu  akan memproses dan memurnikan 2,0 juta metrik ton per tahun konsentrat tembaga dari PT Freeport Indonesia di Timika, Papua

“Jika sudah berproduksi, smelter menghasilkan sekitar 550 ribu ton katoda tembaga per tahun. Ini menjadi smelter terbesar di dunia dan bisa mengguncang pasar katoda tembaga dunia,” tutur Tony Wenas.

Selain katoda tembaga, pemurnian konsentrat menghasilkan logam mulia, silika besi, asam sulfat, dan gypsum.

“Semuanya untuk pasar domestik dan ekspor,” tambah Tony.

 

Margin Rendah

PT Freeport Indonesia juga memiliki saham 25% di PT Smelting di kawasan Petrokimia Gresik, Jawa Timur. PT Smelting yang memulai produksi komersialnya pada 1999 itu menghasilkan 300 ribu ton katoda tembaga. Lebih banyak katoda tembaga diekspor ketimbang diserap industri dalam negeri.

Menurut Bouman Tiroi Situmorang, salah satu manajer PT Smelting,  smelter konsentrat tembaga merupakan bisnis dengan margin rendah. Namun, smelter tetap dibangun karena itu merupakan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Minerba. 

“Bisnis tambang yang lebih diuntungkan jika dibandingkan dengan bisnis smelter,” kata Bouman saat menerima kunjungan PT Freeport Indonesia di lokasi PT Smelting di Gresik, Jatim, Sabtu (24/8).

Agar bisnis smelter lebih menguntungkan, baik Bouman maupun Tony Wenas berharap industri hilir tumbuh. Industri hilir yang menye­rap katoda tembaga, antara lain industri kabel listrik dan perakitan atau perlengkapan elektronik.

Jika mobil listrik kelak dibuat di Indonesia, industrinya juga akan menyerap katoda tembaga.  (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya