Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Blackout Jadi Musibah yang tak Terhindari

E-1
12/8/2019 06:00
Blackout Jadi Musibah yang tak Terhindari
Stasiun MRT Bundaran HI saat pemadaman listrik.(MI/SUMARYANTO BRONTO)

PERISTIWA padamnya listrik atau  blackout yang melanda DKI dan sebagian Jawa Barat dan Banten se pertinya bukan eksklusif terjadi di Indonesia.

Pekan lalu kejadian serupa juga terjadi di Inggris dan Wales. Sekitar satu juta orang terkena dampak blackout yang memengaruhi pasokan bagi rumah tangga dan jaringan transportasi.

Ketua CIGRE Indonesia (Conseil International des Grands Reseaux Electriques) atau Dewan Internasional Sistem Listrik Besar, Herman Darnel Ibrahim, berpendapat musibah blackout itu layaknya kecelakaan pesawat atau kematian orang sehat secara mendadak yang sewaktu waktu dapat terjadi di luar kemampuan manusia untuk menghindarinya.

Ia menganalogikan kondisi kelistrik­an Indonesia dengan badan manusia.  Sistem listrik di wilayah Jawa ini ialah sistem yang paling kuat di Indonesia. Sistem besar dengan interkoneksi yang masif memiliki lebih 220 unit pembangkit, sekitar 500 unit gardu induk saling tersambung secara masif dengan sekitar 17.000 km sirkit jaring­an transmisi ialah sistem yang solid yang tak rentan terhadap blackout.

Pasokan dari sistem listrik Jawa Bali sangat andal nyaris tanpa gangguan yang berarti sejak blackout terakhir yang terjadi 10 tahun lalu, 18 Maret 2009.

Sistem disiapkan agar tidak terjadi lagi  blackout.  Setiap hari dibuat rencana operasi dengan prinsip untuk  keandalan, menjaga mutu listrik dan biaya yang ekonomis. Risiko dan Keta­hanan terhadap blackout dianalisis dengan program contingency analysis. Semuanya dicek menghindarkan adanya gangguan. Namun, fakta berbicara lain.  

Sejatinya, sistem listrik Jawa tidak rentan dan sudah ada langkah-langkah mitigasi untuk antisipasi terjadinya insiden seperti blackout yang bisa ancam pasokan listrik. Mulai sistem transmisi, pembangkit, yang semuanya sudah di­atur dan diamankan dengan meng­ikuti aturan jaringan (grid code) dan juga standard operating procedure (SOP). Semuanya sudah jelas dan dilakukan dengan baik. Sesuai perencanaan dan pemeliharaan rutin.

Oleh karena itu, jika dilihat dari kronologis yang dipaparkan oleh PLN, penyebabnya ada beberapa ke­mungkin­an dan tidak tunggal.

Sebagai mantan Direktur Transmisi dan Distribusi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) periode 2003-2008, dirinya paham bahwa PLN memiliki mitigasi risiko dengan sistem N-1 artinya jika terjadi gangguan di satu infra­struktur sudah diantisipasi dengan mengandalkan sistem lainnya. Nah, kejadian kemarin tepatnya ialah N-1-1 karena gangguan tak diduga beruntun terjadi lebih dari satu infrastruktur.

“Ini yang belum, semestinya memang untuk Jakarta dan kota strategis itu antisipasinya bisa N-1-1, tetapi perlu biaya lebih mahal juga untuk perawatannya,” ungkapnya.

Untuk mengetahui akar penyebab blackout harus dilakukan investigasi yang melibatkan para ahli dari luar PLN. Semua data recorders dan data peralatan dikumpulkan dan dianalisis oleh tim penyelidik yang dibentuk.

Kembali ke soal blackout, menurut Herman, itu sebuah musibah bagi PLN. “Mengapa? Karena sudah menjadi prosedur baku untuk mencegahnya supaya hal itu tidak terjadi,” tandasnya. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya