Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mahalnya Harga Cabai  Jadi Biang Kerok Inflasi        

Andhika Prasetyo 
01/8/2019 22:30
Mahalnya Harga Cabai  Jadi Biang Kerok Inflasi        
Pedagang menata cabai rawit merah di Pasar(MI/ARYA MANGGALA)

BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat harga cabai merah, cabai rawit, beras, dan uang sekolah yang naik menjadi pemicu terjadinya laju inflasi pada Juli 2019 sebesar 0,31%.

“Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Juli 2019 antara lain cabai merah dan cabai rawit,” kata Kepala BPS Suharyanto di Jakarta,  Kamis (1/8).

Kelompok bahan makanan menjadi kontributor terbesar dengan angka 0,80% dan andil terhadap inflasi mencapai 0,17%. Cabai merah memberi andil inflasi sebesar 0,2% dan cabai rawit menyumbang andil inflasi 0,06%.

“Komoditas yang memberi andil besar ialah cabai merah dan cabai rawit. Ketergantungan kita akan cabai masih sangat tinggi. Ini yang harus diantisipasi karena usia cabai juga tidak tahan lama,” tutur pria yang disapa Ketjuk itu.
Pemerintah diminta mengan­tisipasi potensi tingkat inflasi tinggi pada akhir tahun ini. Pasalnya, ada dua momen besar di periode itu, yakni Natal dan tahun baru, serta libur sekolah.

Berdasarkan catatan BPS, pada Desember 2018, angka inflasi tercatat 0,62%, lebih tinggi dari inflasi di momen Lebaran yang jatuh pada Juni di tahun yang sama, yakni 0,59%.

Begitu pun di 2017. Tingkat inflasi Desember mencapai 0,71%, melangkahi angka inflasi di Juni yang sedianya juga cukup besar, yakni 0,69%.

“Dengan melihat pengalaman yang ada, kita perlu antisipasi di Desember supaya tetap terjaga. Dengan demikian, inflasi secara tahunan tidak melebihi target yang ditetapkan pemerintah,” ujar Ketjuk.

Sedianya, ancaman inflasi di akhir tahun ini tidak hanya datang dari Natal dan tahun baru, tetapi juga fenomena kekeringan yang diprediksi berlangsung cukup lama, yakni hingga Oktober.
Jika tidak ditangani dengan baik, musim kemarau dikhawatirkan akan memicu inflasi yang lebih besar.

Untungkan tengkulak
Di sejumlah daerah, harga cabai mulai tak terkendali. 
Di Pangkalpinang, Bangka Belitung, harga cabai rawit di sejumlah pasar mengalami lonjakan antara Rp90 ribu hingga Rp120 ribu per kg. 

Kepala Dinas Pangan Pemprov Babel, Ahmad Damiri, menyampaikan harga yang melonjak itu karena kurangnya pasokan dari Jawa dan Sulawesi.

Begitu pula di Banyumas, Jawa Tengah. Pedagang di sejumlah pasar menjual cabai merah dengan harga Rp65 ribu per kg dan cabai rawit Rp78 ribu per kg. Padahal, harga normalnya berkisar antara Rp30 ribu hingga Rp40 ribu per kg.

Di Tasikmalaya, Jawa Barat, tingginya harga cabai justru hanya menguntungkan tengkulak. 

“Untuk harga cabai rawit di pasaran selama ini dijual seharga Rp70 ribu per kg, cabai merah Rp80 ribu per kg. Padahal, harga dari petani ialah Rp22 ribu sampai Rp26 ribu per kg. Ini yang diuntungkan cuma tengkulak, 
sementara petani kesulitan dengan mahalnya pupuk, termasuk peran pemerintah tidak ada di masa kekeringan ini,” kata salah satu petani cabai, Kanda, 50, warga Kampung Singabarong, Desa Suka Setia, Kecamatan Cisayong,­ Tasikmalaya.

Di Banyuwangi, Jawa Timur, Kepala Bidang Tanam­an Pangan Dinas Pertanian Banyuwangi, Ilham juanda, mengeluarkan instruksi kepada petugas di lapangan untuk menyosialisasikan aturan pola tanam ke petani untuk menghadapi kekeringan saat ini. (RF/LD/AD/UA/E-2)   



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya