Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Libur Panjang Lemahkan Ekspor

Andhika Prasetyo [email protected]
16/7/2019 05:40
 Libur Panjang Lemahkan Ekspor
NERACA PERDAGANGAN JUNI 2019 SURPLUS: Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/7/2019)( ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/)

SURPLUS perdagangan yang terjadi pada Mei 2019 sebesar US$200 juta masih berlanjut hingga bulan berikutnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Juni 2019 sebesar US$11,78 miliar. Adapun nilai impor hanya sebesar US$11,58 miliar sehingga terjadi surplus US$200 juta.

Meski surplus berlanjut, BPS memberi catatan terhadap nilai ekspor yang pencapaiannya lebih rendah 20,54% dari Mei 2019 sebesar US$14,87 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan pelemahan ekspor terjadi karena libur Lebaran yang terlalu lama, yakni mencapai 11 hari.

Selama tiga tahun terakhir, tren ekspor pada Juni memang selalu lebih rendah dari bulan sebelumnya. Tercatat, pada tahun lalu, ekspor pada Juni tercatat US$12,98 miliar, merosot jauh dari Mei yang mencapai US$16,20 miliar.

Begitupun pada 2017 yang turun dari US$14,33 miliar ke US$11,66 miliar.

"Ini perlu diperhatikan agar libur Lebaran tidak menghambat kinerja ekspor. Tahun depan, Idul Fitri bergeser ke Mei, diprediksi penurunan kinerja juga akan ikut bergeser ke sana," ucapnya.

Selain faktor libur Lebaran, penurunan ekspor juga terjadi karena adanya pelemahan harga di tingkat global untuk komoditas-komoditas unggulan Tanah Air, seperti batu bara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Suhariyanto mengungkapkan, sedianya secara volume, ekspor batu bara dan CPO mengalami lonjakan 9% dan 7%. Hanya saja, nilai kedua komoditas itu turun 6% dan 18,13% sehingga lonjakan volume menjadi tidak berarti.

Secara kumulatif, angka ekspor Januari-Juni 2019 tercatat sebesar US$80,32 miliar. Lebih rendah 8,57% jika dibandingkan dengan raihan periode yang sama tahun lalu yang menyentuh US$87,86 miliar.

Harus berlanjut

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta agar aktivitas ekspor terus digenjot mengingat nilai ekspor Indonesia turun pada Juni 2019 meskipun neraca perdagangan mengalami surplus.

"Yang paling penting Presiden tetap meminta kepada seluruh menteri bersungguh-sungguh di dalam menangani masalah neraca perdagangan ini, artinya ekspor harus terus digenjot," ujar Sri Mulyani, di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta.

Sri Mulyani mengatakan untuk itu perlu adanya dukungan dari kementerian dan lembaga melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Adapun mengenai dukungan yang diberikan kementerian yang dipimpinnya, Sri Mulyani mengatakan Kementerian Keuangan akan banyak mengeluarkan kebijakan tentang perpajakan serta bea dan cukai.

"Serta peraturan lain yang mungkin memengaruhi kinerja ekspor. Kami akan terus-menerus bekerja sama dengan instansi lain di dalam mendukung ekspor dan menciptakan industri dalam negeri yang lebih kuat," ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai surplus neraca perdagangan yang terjadi selama dua bulan berturut-turut, sejak Mei 2019, dapat terus berlanjut.

"Secara total masih surplus. Tidak banyak, tapi itu menunjukkan tendensi makin berlanjut," kata Darmin.

Ia mengakui upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor bukan merupakan hal yang mudah karena kondisi perdagangan global saat ini masih diliputi ketidakpastian. "Memang situasi sedang tidak bagus," ujar Darmin. (Ant/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya