Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Dunia Kelautan Butuh Pemimpin Muda

Budi Ernanto
23/5/2019 15:34
Dunia Kelautan Butuh Pemimpin Muda
Buruh dan nelayan cantrang melakukan bongkar muat ikan di Pelabuhan Tasik Agung, Rembang, Jawa Tengah.(Arya Manggala/MI)

Pakar budidaya perikanan dan pakan alternatif, Umar Hamzah, mengatakan bahwa sektor kelautan dan perikanan sudah saatnya diisi oleh kelompok milenial. Hal itu ia sampaikan seiring dengan makin menguatnya wacana Presiden Jokowi yang hendak menarik kelompok muda atau milenial masuk kabinetnya.

"Menteri milenial sangat perlu. Termasuk di dunia yang kami tekuni, di dunia budidaya. Kami perlu generasi-generasi muda yang ada dalam dunia ini. Jika tehnis dibutuhkan maka manajemen juga harus selaras. Jangan sampai isinya anak muda, manajemen atasnya masih aki-aki. Nah itu kan ndak nyambung. Kenapa perikanan berbicara teknologi sekarang, tidak kovensional lagi? Supaya kita tidak tertinggal," kata pakar budidaya perikanan dan pakan alternatif Umar Hamzah dalam keterangan tertulisnya, Kamis (23/5).

Karena itu, dia sangat setuju dengan wacana pemerintahan Jokowi periode kedua yang hendak menarik genarasi milenial dalam kabinet. Menurutnya, yang muda biasanya melek teknologi dan lebih gesit dalam membaca peluang.

"Menteri butuh yang milenial, yang muda, yang memahami teknologi, membaca peluang. Biasanya yang muda lebih cenderung berani, mendobrak keadaan. Jadi tidak hanya muda orangnya, tapi cara gagasan berpikirnya muda, mampu membaca kekinian dan peluang," tambahnya.

Saat ditanya siapa figur milenial yang layak menduduki pos kementerian kelautan dan perikanan, ia menyebut nama Witjaksono, yakni pengusaha muda yang telah lama menekuni bidang kelautan dan perikanan yang juga penulis buku "Reborn Maritim Indonesia: Perspektif Sistem Ekonomi Kelautan Terintegrasi (2017)".

Baca juga: Meningkatkan Nilai Ekonomis Produk Kelautan Indonesia

Nama Witjaksono juga kerap disebut Jokowi karena menjadi satu-satunya pengusaha muda Indonesia yang mampu mendirikan dua perusahaan Tbk (go public) selama dua tahun berturut-turut.

"Jadi kalangan milenial yang punya jam terbang di bidang kelautan dan perikanan tidak ada salahnya diberikan kesempatan. Biar ada gebrakan, apalagi untuk mewujudkan poros maritim dunia," ujar Umar Hamzah.

Selain diutarakan Jokowi, sebelumnya, wacana menteri milenial juga sempat muncul ke permukaan usai lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) melakukan survei pakar/public opinion makers pada 26 Februari – 12 Maret 2019 lalu. Survei yang bertujuan untuk mengukur kompetensi itu menyimpulkan bahwa ada 12 figur milenial yang layak jadi menteri. 12 nama itu diambil di antara 32 nama yang dilakukan survei.

12 nama itu terdiri dari 6 milenial profesional dan 6 milenial partai. Untuk milenial profesional yaitu Emil Dardak (wagub Jatim), Nadiem Makarim (pendiri Go-Jek), Achmad Zaky (pendiri Bukalapak), Merry Riana (penulis dan motivator), Witjaksono (pendiri PT.DPUM,Tbk dan PT.DAJK,Tbk), dan Inayah Wahid (putri Gus Dur).

Sedangkan dari milenial partai yakni Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat), Grance Natalie (PSI), Taj Yasin Maimoen (PPP), Diaz Hendropriyono (PKPI), Lukmanul Khakim (PKB) dan Prananda Paloh (NasDem). (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya