Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
STAF Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan bahwa pemerintah berhasil membalik pandangan pesimis sejumlah pihak yang memprediksi neraca perdagangan Maret 2019 bakal defisit hingga USD464 juta, bahkan ada yang memproyeksi defisit dalam rentang USD500 juta-USD1 miliar.
"Realitasnya, neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus mencapai USD540,2 juta pada Maret 2019," kata Erani dalam keterangan resminya, Senin (15/4).
Baca juga: Impor Migas Maret 2019 Turun 2,7%
Ia mengatakan bahwa kinerja neraca perdagangan yang semakin membaik tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Beberapa di antaranya adalah, menjaga inflasi nasional sehingga biaya bisnis semakin murah. Bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, kata dia, penurunan biaya produksi akan meningkatkan daya saing produk di pasar global.
Upaya lainnya, kata Erani, adalah mengurangi hambatan ekspor dan memperluas pasar ekspor. Salah satu langkah pemerintah untuk menggenjot nilai ekspor, lanjutnya, adalah lewat negosiasi perdagangan ke negara-negara yang menghambat ekspor, terutama CPO dan batubara.
"Pemerintah telah berhasil menegosiasi tarif impor CPO dengan India. Sementara itu, upaya perluasan pasar ekspor digagas ke Chili. Produk Indonesia ke Chili bersifat komplementer, sehingga tidak memiliki persaingan berarti. Beberapa produk nonmigas ke Chili adalah alas kaki, mesin, peralatan mekanik, serta pakaian," tuturnya.
Adapun, upaya yang lainnya adalah penghematan BBM yang diikuti oleh program peningkatan energi terbarukan. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved