Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
GUNA menekan ketergantungan impor bahan bakar liquefied petroleum gas (LPG), pemerintah akan meningkatkan value added dari batu bara untuk menjadi Dimethyl Ether (DME).
Hal ini mengingat konsumsi LPG Indonesia mencapai 6,7 juta ton per tahun. Sedangkan produksi nasional oleh Pertamina hanya 2,5 juta ton. Artinya Indonesia mengimpor sekitar 2/3 kebutuhan tahunan atau senilai Rp40 triliun. Bila dalam lima tahun, separuhnya bisa diganti dengan DME, tentu impor LPG akan berkurang.
Dimethyl Ether (DME) merupakan jenis bahan bakar (fuel) yang awalnya kerap dipakai sebagai aerosol propellant pada produk hairspray, parfum, deodoran, sampai insektisida. Kini, DME punya prospek cerah sebagai bahan bakar masa depan, karena selain dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar diesel (Solar), DME juga bisa menggantikan bahan bakar LPG.
DME merupakan energi masa depan karena termasuk energi bersih yang rendah emisi serta berkelanjutan dari sisi ketersediaan bahan baku.
"Pertamina sekarang mulai jalan konstruksi dengan Bukit Asam. Kami ingin dorong agar produksi batu bara tidak hanya gali, angkut, jual," jelas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dalam diskusi Energi Untuk Kedaulatan Negeri di Jakarta, Selasa (2/4).
Baca juga: Kemenperin Dorong Industri Hilirisasi Batu Bara
Pemerintah ingin meningkatkan pengelolaan sumber daya alam agar ketergantungan impor semakin kecil. Di samping itu, pemerintah juga mendorong penggunaan jaringan gas pada rumah tangga.
Jonan menambahkan pemerintah telah membangun jaringan gas (jargas) rumah tangga, seperti di 2018 sebanyak 89.727 sambungan rumah (SR) dan 2019 direncanakan 74.216 SR. Pembangunan jargas sudah dilakukan Kementeriasn ESDM sejak 2009-2018 dengan jumlah terpasang sebesar 486.229 sambungan rumah (SR).
"Mulai tahun 2020, sudah ada Perpresnya bisa dibangun sampai 1 juta SR. Ini akan mengurangi impor LPG. Satu sambungan memakan biaya Rp10-14 juta. Produksi gas 2,1 miliar standar kubik. Untuk 1 juta standar kubik saja bisa melalui 100 ribu rumah. Sehingga cukup untuk rumah tangga Indonesia. Kalau ini terjadi, maka impor LPG turun," tukas Jonan.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved