Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

BI Yakin Stabilitas Rupiah Terus Terjaga

MI
25/3/2019 10:10
BI Yakin Stabilitas Rupiah Terus Terjaga
Kepala Departemen Pengembangan Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah(ANTARA/Muhammad Adimaja)

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengatakan salah satu tekanan terbesar ketidakpastian ekonomi global, yakni normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral Aamerika Serikat kini sudah mereda.

Hal ini, kata dia, menjadi salah satu faktor yang memperkuat nilai tukar rupiah. "Satu hal yang pasti, 2019 The Fed (bank sentral AS) tidak menaikkan suku bunga. Itu artinya, satu faktor global sudah mendukung stabilitas rupiah," kata Nanang, dalam acara pelatihan untuk wartawan moneter di Sleman, Yogyakarta, akhir pekan, kemarin.

Karena sinyal dovish (lunak) tersebut, dia meyakini stabilitas rupiah Indonesia akan lebih baik jika dibandingan dengan tahun lalu. Apalagi, menurut dia, faktor domestik juga turut mendorong stabilitas rupiah.

"Sekarang kan inflasi di bawah 3,5%. Pertumbuhan ekonomi juga di atas 5%. Pertumbuhan ekonomi 2019 harusnya mendekati 5,5%," ucapnya.

Tekanan ekonomi global ke pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia, kini bersumber dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta dinamika Brexit (rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa).

"Selama tahun 2018 terdapat tiga faktor global yang menekan nilai tukar rupiah. Namun, di tahun 2019 ini, satu dari tiga faktor global yang menekan nilai tukar rupiah tersebut sudah menemukan titik terang dengan ditahannya suku bunga The Fed," kata Nanang.

Baca Juga : BI Optimistis Perang Dagang AS-Tiongkok Segera Berakhir

Seperti diketahui, Rabu (20/3) malam waktu setempat, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada 2,25-2,5% atau median

2,375 %. Penetapan suku bunga itu menguatkan ekspektasi pelaku pasar untuk kebijakan yang lebih melunak (dovish). The Fed juga mengubah sinyalemen untuk arah kebijakan suku bunga dalam jangka menengah, yang menyiratkan jumlah kenaikan suku bunga acuan yang lebih rendah dalam dua tahun ke depan.

"Itu menjadi salah satu alasan mengapa otoritas moneter (BI) optimistis nilai tukar rupiah masih akan terus menguat," ujarnya. Menurut dia, BI meyakini tingkat volatilitas rupiah akan lebih rendah jika dibandingkan dengan 2018 sehingga diharapkan akan memberikan iklim usaha yang lebih kondusif dan terjaganya stabilitas perekonomian. (Ata/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya