Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
CENTER for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai pemerintah perlu mengkaji ulang penunjukan Perum Bulog sebagai importir bawang putih. Selain menambah beban perseroan yang selama ini sudah menjalankan tugas importasi beras, jagung dan daging kerbau, penugasan itu juga menciptakan ketidakadilan dalam dunia usaha.
Pasalnya, karena bersifat penugasan langsung, Bulog menjadi tidak dikenai kewajiban tanam sebesar 5% dari total bawang putih yang diimpor.
Baca juga: Perum Bulog Tengah Lengkapi Persayaratan Impor Bawang Putih
Padahal, sebelumnya, perusahaan importir swasta dikenai wajib tanam untuk mendapatkan rekomendasi dan izin impor. Kebijakan itu dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2017.
"Ini akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat karena sampai saat ini pun regulasi itu tidak diubah. Pihak swasta tetap harus mematuhi ketentuan tersebut," ujar Assyifa Szami Ilman melalui keterangan resmi, Jumat (22/3).
Importir bawang putih, selain Bulog, harus menghadapi struktur biaya tanam yang cukup besar. Belum lagi, mereka memiliki beban bagi hasil kepada petani bawang putih. Tantangan-tantangan itu pada kenyataannya tidak harus ditanggung Bulog melalui penunjukkan impor sebesar 100.000 ton.
Jika memang perlu tindakan impor sesegera mungkin untuk menstabilkan harga, sebaiknya pemerintah turut mengikutsertakan importir lain dalam mendatangkan bawang putih dari luar negeri.
"Pada dasarnya, siapapun yang mengimpor dapat membantu menurunkan harga bawang putih jika saja tidak perlu ada wajib tanam," ucapnya. (OL-6)
Mendag Budi Santoso menyatakan belum melihat adanya indikasi kekhawatiran akan banjir impor pasca-pengaturan deregulasi dan relaksasi kebijakan impor
Ditjen Bea Cukai akan mengawal kelancaran proses bisnis dan logistik di pelabuhan agar tidak terjadi hambatan yang bisa menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha maupun negara.
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui produk inovasinya QLola by BRI menghadirkan fitur Digital Trade Finance yang memudahkan kegiatan transaksi perdagangan ekspor impor.
PADA April 2025, kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan cukup tajam secara bulanan (month to month), meskipun secara tahunan masih mencatatkan pertumbuhan.
SURPLUS perdagangan Indonesia April 2025 tercatat hanya sebesar US$160 juta, penurunan tajam dipicu lonjakan signifikan nilai impor nonmigas,
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved