Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Kebijakan BI Perkuat Stabilitas Eksternal

Atalya Puspa
22/3/2019 10:20
Kebijakan BI Perkuat Stabilitas Eksternal
(MI/MOHAMAD IRFAN)

Seperti yang sudah diperkirakan, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), kemarin, memutuskan menahan suku bunga acuan di level 6%, dengan tingkat deposit facility dan lending facility juga ditahan masing-masing di level 5,25% dan 6,75%.

"Keputusan BI ini patut diapresiasi karena dinilai tepat dan strategis sebagai langkah antisipasi menghadapi problem CAD atau defisit transaksi berjalan yang sempat melebar mendekati 3% terhadap PDB (2018)," ujar Ryan Kiryanto, Kepala Ekonom BNI, kemarin.

Dia menilai keputusan itu juga taktis karena dimaksudkan untuk memperkuat stabilitas eksternal perekonomian di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi global, terutama Tiongkok, AS, dan Uni Eropa.

"Ibarat permainan sepak bola, langkah BI memperkuat pertahanan domestik dari tekanan eksternal merupakan langkah yang cerdas sebelum tekanan eksternal tadi makin kuat dan besar. Benteng pertahanan diperkuat dulu melalui jalur suku bunga kebijakan," ujar Ryan.

Baca juga: Medaseng untuk Optimalkan Pelayanan

Tak hanya itu, di samping memperkuat pertahanan melalui jalur suku bunga, bank sentral juga menyu-sun kekuatan tambahan melalui kebijakan lain yang akomodatif seperti operasi moneter untuk memperkuat likuiditas dengan cara transaksi term repo dan FX swap.

"Dapat dipastikan kalangan perbankan, dunia usaha, dan pelaku pasar modal merespons positif keputusanBI tersebut karena dasar kebijakan BI makin jelas, yakni market and investor friendly," ujar Ryan.

Dia menilai perbankan tidak akan tergoda menaikkan suku bunga simpanan dan kredit mereka sehingga ini akan membuat permintaan kredit meningkat lantaran dunia usaha makin ekspansif dan investor asing bergairah masuk ke pasar keuangan domestik.

Hal senada dikatakan ekonom Bank Permata Josua Pardede. Dia berpendapat kebijakan BI yang melonggarkan kebijakan makroprudensial akan tetap menopang pertumbuhan kredit perbankan.

Ekonomi global

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan sejauh ini sebenarnya menunjukkan kondisi yang baik, tapi masih di bawah level optimal. Dari data terakhir di Januari 2019, kredit perbankan tumbuh 12% secara tahunan (year on year/yoy) atau masih melanjutkan tren pertumbuhan kredit dua digit yang berlangsung sejak 2018.

"Dengan penyesuaian kebijakan makroprudensial ini, kami lihat pertumbuhan kredit bisa mendekati batas atas di 12%, atau kalau lebih ya malah lebih baik," tegasnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Keuangan Sri Mulyani sepakat bahwa kebijakan yang diambil BI merupakan langkah tepat di tengah melemahnya perekonomian global.

"Semua pihak membaca situasi, termasuk Indonesia. Amerika juga tahan (suku bunga), kenapa kita harus ubah," tegas Darmin.

Menurut Menkeu Sri Mulyani, keputusan The Fed tersebut juga menggambarkan bahwa mereka concern mengenai pelemahan ekonomi, baik di AS maupun seluruh dunia. "Lingkungan global mungkin memang lesu," katanya. (Try/Nur/E-2)
PDF | Download | Print | Kembali



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya