Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Dugaan Sementara, Mirna Tewas karena Sianida

Damar Iradat/Mufti Sholih
11/1/2016 00:00
Dugaan Sementara, Mirna Tewas karena Sianida
(Dok.Istimewa)
POLISI mulai menemui titik terang atas tewasnya Wayan Mirna Salimin. Wanita berusia 27 tahun itu diduga tewas akibat diracun zat jenis sianida. Tanda-tanda hasil autopsi mengarah ke dugaan tersebut.

Kabidokkes Polda Metro Jaya Kombes Pol Musyafak mengatakan, pendarahan yang terjadi di lambung Mirna disebabkan oleh zat tertentu. Salah satu zat kimia berbahaya yang dapat menyebabkan pendarahan di lambung yakni sianida.

"Sianida memang bisa merusak jaringan mulkosa lambung karena sifat asamnya yang kuat," jelas Musyafak, Minggu (10/1).

Kendati begitu, polisi masih belum bisa menyimpulkan bahwa racun yang digunakan untuk membunuh Mirna merupakan Sianida. "Masih harus tunggu hasil pemeriksaan dari Puslabfor," jelasnya.

Tewasnya Wayan Mirna Salimin jadi sorotan. Wanita itu meninggal usai meminum kopi di Restoran Olivier, Grand Indonesia, Rabu 6 Januari.

Menurut keterangan Marwan, 31, karyawan Restoran Olivier, Mirna bersama temannya, Hani, datang sekitar pukul 17.00 WIB. Seseorang bernama Siska sudah menunggu di restoran itu sekitar pukul 16.09 WIB.

Mirna memesan es kopi Vietnam, sementara dua temannya memesan koktail, minuman beralkohol yang dicampur minuman atau bahan lain yang beraroma. Setelah satu kali sedot, Mirna kejang-kejang.

Korban sempat dilarikan ke klinik mal, sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat. Namun, nyawanya tidak tertolong.

Mulanya, keluarga Mirna tak setuju polisi melakukan autopsi terhadap jasad Mirna. Namun, polisi kemudian berhasil membujuk keluarga agar jasad Mirna bisa diautopsi.

Sabtu malam 9 Januari, polisi membawa jasad Mirna ke RS Polri Kramat Jati untuk diautopsi. Musyafak menyatakan proses autopsi berlangsung sekitar satu jam. Polisi melakukan autopsi terhadap jasad Mirna di RS Polri Kramat Jati.

Jenis pembunuh cepat
Dari autopsi, Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya menemukan pendarahan yang terjadi di lambung Mirna disebabkan oleh zat tertentu. Salah satu zat kimia berbahaya yang dapat menyebabkan pendarahan di lambung adalah sianida.

Agus Purwadianto, ahli forensik dari Fakultas Kedokteran UI, menerangkan sianida merupakan zat yang sering digunakan buat membunuh.

"Jenis sianida atau arsen termasuk yang sering digunakan," kata Agus, Senin (11/1).

Menurut Agus, sianida adalah jenis racun yang cepat menyerang. Butuh waktu kurang dari setengah jam buat membikin korban terkapar usai terkena racun. Korban yang keracunan sianida akan merasa lemas lantaran sistem pernafasannya terganggu.

"Di bawah 15 menit langsung reaksi," sebut Agus.

Sebelum tewas, Mirna diketahui meminum kopi di Restoran Olivier, Grand Indonesia. Agus pun menyebut, kopi adalah jenis minuman yang biasanya digunakan untuk menutupi racun.

"Sebab, yang penting airnya. Racun itu larut dalam air," jelas Agus.(Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya