Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Tekan Emisi Energi Imbangi Karhutla

Richaldo Y Hariandja
10/1/2016 00:00
Tekan Emisi Energi Imbangi Karhutla
(ANTARA/Fanny Octavianus)
Kerja Pemerintah untuk mempercepat dan memperbesar penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dinilai Energy Reader Thamrin School, Fabby Tumiwa, harus dilakukan secara masif. Pasalnya, penggunaan EBT akan berpengaruh secara signifikan terhadap upaya Pemerintah dalam menekan Emisi Gas RUmah Kaca (GRK) yang ditargetkan meninggi menjadi 29% dalam periode 2020-2030.

Penekanan emisi GRK di sektor energi tersebut juga dapat menjadi alternatif apabila kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus berulang setiap tahun.

"Satu-satunya cara adalah dengan memepercepat dan memperbanyak komposisi pemakaian EBT ini," terang Fabby saat ditemui dalam diskusi publik bertajuk Perubahan Iklim dan Keberlanjutan Indonesia: Outlook 2016, di Jakarta.

Untuk itu, Pemerintah diminta untuk mulai melakukan transisi low carbon system di bidang energi. Pada target Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca hingga 2019 saja, 16% dari total target 26% berasal dari sektor Energi.

Itu berarti, pasca 2020, penghitungan penurunan emisi di sektor emisi harus diperbesar.

Pemerintah Sendiri, lanjut Fabby, sebenarnya sudah memiliki rancangan hingga tahun 2025 untuk membangun proyek pembangkit listrik berkapasitas 35.000 Megawatt. Dan Presiden Joko Widodo juga telah mengumumkan porsi EBT dalam proyek ini mencapai 25%.

"Itu adalah langkah baik, akan tetapi kita masih harus hitungan lebih rinci lagi berapa total emisi yang dikeluarkan," terang Fabby.

Lebih jauh, Fabby menilai Rencana Umum Energi Nasional yang dibentuk Pemerintah pada tahun lalu merupakan langkah tepat. Hanya saja, masih ada ketidakpastian regulasi, terutama dengan pembatalan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 17 tahun 2013 mengenai Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik.

"Padahal Kementerian ESDM sudah berencana membangun 160 Megawatt Pembangkit Listrik bertenagakan Bio Fuel," terang Fabby.

Sementara itu, Reader on Forestry Issues Thamrin School Togu Manurung menilai pencarian alternatif sektor lain untuk pengurangan emisi penting untuk dilakukan jika melihat karhutla yang berulang tiap tahun. Tahun ini saja, berdasarkan data yang dikutip dari World Research Institute (WRI) 1,62 milyar metric ton CO2 ekivalen.

"Dan itu setara dengan 3% dari total GRK yang disebabkan oleh manusia," terang Togu.

Fokus pencegahan

Dalam kesempatan tersebut, pria yang juga merupakan Guru Besar Kehutanan Institut Pertanian Bogor tersebut menilai Pemerintah harus berkonsentrasi di Pencegahan. Rasio yang dinilai pas pada anggaran tahun ini adalah 70% untuk Penegahan, sementara sisanya di Penanganan.

Pemerintah, lanjut Togu, harus bertindak cepat, pasalnya, berdasarkan data dari BMKG, wilayah Sumatera dan Kalimantan akan mulai terkena cuaca kering kembali pada bulan Februari.

"Dan ini akan jadi tes bagi kita semua, apakah kit aberhasil menuntaskan masalah ini," tutup Togu.(Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya