Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
DEKAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, membenarkan bahwa pola konsumsi menjadi penyebab tutupnya toko ritel.
Ia mengungkapkan masyarakat sudah tidak banyak membeli lagi baju dan sepatu dari toko ritel. Karena baju dan sepatu di anggap sudah biasa, banyak masyarakat lebih senang membeli pengalaman seperti pergi ke tempat wisata maupun ke tempat makan yang baru .
"Itu merupakan perubahan dari pola konsumsi, dari konsumsi yang pribadi ke pola konsumsi sanjungan orang," ucap Ari saat ditemui di ruangannya, Depok, jumat (18/1).
Dengan adanya perubahan pola konsumsi tersebut Ari berharap toko ritel dapat segera bertransformasi memberikan sesuatu yang baru selain menjadi tempat belanja juga dapat menjadi tempat hiburan.
Baca juga: Penutupan Ritel dan Daya Beli Menurun tidak Berkorelasi
Seperti diwartakan Media Indonesia, Kamis (17/1), tutupnya sejumlah gerai/toko ritel belakangan ini bukan disebabkan melemahnya daya beli masyarakat. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani berpendapat hal itu lebih disebabkan ketidakmampuan perusahaan bersaing dengan toko daring. Selain itu, saat ini ada shifting (perubahan) pengalaman konsumen atau costumer experience ke ritel-ritel online.
"Market-nya sebenarnya tidak turun, tetapi problemnya adalah customer experience-nya sudah mulai berubah," ujarnya dalam suatu diskusi di Jakarta, kemarin.
Menurut Aviliani, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di kisaran 5,2% saat ini sudah bagus. Melalui angka itu, dia melihat ada beberapa sektor yang akan berkembang pesat, termasuk sektor ritel. Hal itu mengingat 70% penduduk Indonesia merupakan penduduk berusia produktif sehingga diyakini dapat mendukung pertumbuhan industri di sektor tersebut.
"Kalau ada sektor ritel mati, berarti mereka yang tidak bisa survive mengatasi pasar. Sektornya bagus belum tentu pelakunya juga ikut bagus. Sangat tergantung pada bagaimana strategi, sektor mikronya yang harus diberesin oleh perusahaan," jelasnya.
CEO Sogo Department Store Handaka Santosa mengatakan perlu adanya diferensiasi di setiap perusahaan ritel. Menurut dia, perusahan perlu ekspansi dengan menggabungkan antara penjualan secara luring dan daring. Dia mencontohkan apa yang dilakukan perusahaannya, yang antara lain menyasar wisatawan.
"Supaya kami bisa menjadi tujuan wisata, kami buat toko yang nyaman. Barang semua harus ada. Semua barang yang dibutuhkan oleh customer harus ada. Jadi, tidak perlu mencari ke luar negeri," ujar Handaka.(OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved