KDB Daewoo Securities Indonesia memperkirakan perekomian Indonesia masih akan berjalan dalam kondisi yang buruk pada tahun depan, meski tengah memulih. Kondisi yang masih belum banyak berubah pada 2016 disebabkan oleh kondisi global yang juga dinilai masih dalam fase pemulihan yang tidak terlalu berarti.
Head of Research Taye Shim menilai kondisi ekonomi Eropa dan Amerika Serikat masih dalam posisi berjuang meningkatkan inflasi mereka. AS masih terus berjuang menaikan inflasi yang sebesar 0,2% agar menjadi sesuai target, yakni 2%.
Di samping itu, harga minyak dunia dan komoditas yang masih akan rendah pada tahun depan, juga dinilai KDB masih akan memengaruhi lambannya pergerakan ekonomi Indonesia tahun depan.
"Eropa juga inflasinya turun, produksi industri di Tiongkok industri turun, dan The Fed digadang-gadang masih akan menaikan suku bunganya tahun depan," ucap Taye saat paparan outlook 2016 di Jakarta, Kamis (17/12)
Karena itu, KDB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini hanya sebesar 4,8% dan tahun depan hanya naik tipis menjadi 5%. Taye menilai tingkat daya beli masyarakat masih akan stagnan. Padahal daya beli masyarakat dan swasta merupakan motor penggerak ekonomi Indonesia.
Meski The Fed telah menimbulkan kepastian pasar dengan menaikan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bsp), Taye masih berharap suku bunga Bank Indonesia bisa diturunkan. Hal itu diharapkan dilakukan agar daya beli masyarakat Indonesia naik dan ekonomi bisa bergerak maju.
"The Fed yang naik memang bisa memicu keluarnya dana asing, sehingga harga bisa turun tajam. Namun, harapan kita, suku bunga BI bisa turun untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Taye.
Di kesempatan yang sama, Senior Analyst Maxi Liesyaputra menandaskan posisi index harga saham gabungan (IHSG) juga belum akan membaik dan dipastikan akan sulit mencapai kembali level 5.000. Akhir tahun ini, Maxi memperkirakan level IHSG akan berada di kisaran 4.050-4.658.
"Tahun depan target IHSG bear case kita 4.120 dan target base case kita 4.809 dengan asumsi aksi jual asing masih kuat. Kami menilai masih sangat dini akan ada perubahan yang tajam," ucap Maxi.
Dia menyarankan kepada investor untuk menengok sektor keuangan, properti, dan industri. Menurut Maxi, kinerja sektor-sektor tersebut saat ini tengah bergemilang, dilihat dari kinerja-kinerja emiten yang bergerak di sektor tersebut, seperti Bank BCA, Bank BTN, PT Waskita, dan Rumah Sakit Siloam. Apalagi pemerintah tengah gencar-gencarnya mengumandangkan wacana pembangunan infrastruktur.
"Kami menyarankan investor memperhatikan sektor yang punya siklus makro, yakni perbankan, properti, dan industri dasar," tukasnya.(Q-1)