Bekerja sama dengan KDEI Taipei, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan semakin agresif mempromosikan produk perikanan dan hasil perikanan Indonesia di Taiwan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Produk perikanan Indonesia berhasil meraih estimasi kontak dagang senilai US$ 7,07 juta atau Rp 96,83 miliar dalam Taiwan International Fisheries & Seafood Show 2015 yang berlangsung pada 19–21 November 2015 lalu di Kaoshiung Exhibition Center, Kaoshiung, Taiwan.
“Kontak bisnis tersebut terdiri dari transaksi pada saat pameran sebesar USD 1,73 juta dan kontak bisnis yang perlu ditindak lanjuti sebesar USD 5,34 juta. Kami optimis, tingginya permintaan produk perikanan ini dapat menggenjot ekspor kedepannya,†jelas Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak di Jakarta, Kamis (10/12), dalam keterangan resmi yang diterima Media Indonesia.
Indonesia dikatakanan Nus menampilkan aneka produk perikanan dan hasil laut unggulan, antara lain tuna, udang, gurita, rajungan, ikan beku, ikan kerapu beku, gurita beku, udang beku, dan makanan olahan beku dari 6 perusahaan yang bergerak di bidang perikanan dan produk perikanan. Keenam perusahaan tersebut antara lain PT Medan Tropical Canning & Frozen Industries, PT Muria Bahari Indonesia, PT Alam Jaya, PT Arafura Prima Indopasifik, CV Buana Laut Nusantara, dan PT Sekar Bumi.
Produk-produk yang banyak diminati antara lain WR soft shell crab (SSC), WR poulp squid, gurita, sotong, kerapu beku, cakalang, bandeng, cumi, tenggiri, kuniran, dorang hitam, kerapu segar, muroaji, layur, bandeng umpan, ribbon fish, sleeper, lobster, softbone cuttlefish, ikan malin, pasteurized crab meat, shrimp (vannamei), dan processed seafood.
“Tingginya minat para buyer pada produk ikan dan hasil laut Indonesia menandakan citra positif Indonesia sebagai negara pemasok berdaya saing sehingga perlu terus digiatkan untuk memperluas jaringan pemasaran produk di pasar global,†imbuh Nus.
Di samping Taiwan, permintaan juga banyak datang dari India, Malaysia, Singapura, RRT, Jepang, Kanada, Panama, dan Filipina. Negara-negara tersebut sedang mencari pemasok baru untuk menjaga keberlanjutan pasokan ikan akibat perubahan iklim dan musim panen yang berbeda di tiap negara.
“Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan ditengarai juga mendorong para buyer untuk langsung mencari ikan dari Indonesia setelah sebelumnya mengimpor dari negara perantara,†tukasnya.(Q-1)