Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kesepakatan Investasi dalam IMF-WB bisa Dongkrak Rupiah

Nur Aivanni
13/10/2018 14:15
Kesepakatan Investasi dalam IMF-WB bisa Dongkrak Rupiah
(ANTARA)

KESEPAKATAN kerja sama investasi dan pembiayaan yang diteken antara 14 perusahaan BUMN dengan investor dan lembaga keuangan dalam rangkaian acara pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018 (IMF-WBG) di Nusa Dua, Bali, bisa berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah ke depannya.

Ekonom Indef Bhima Yudistira Adhinegara mengatakan jika komitmen investasi senilai US$123,5 miliar atau sekitar Rp202 triliun tersebut dapat terealisasi, itu akan membuat nilai tukar rupiah semakin menguat. Apalagi, ditambah dengan pengembangan bidang pariwisata sekitar Rp46 triliun dan pinjaman rehabilitasi bencana alam yang nilainya pun cukup besar.

"Jika komitmen tersebut berhasil terealisasi tentu penyerapan tenaga kerja, output perekonomian dan stabilisasi Rupiah dalam jangka panjang semakin meningkat," katanya kepada Media Indonesia, Sabtu (13/10).

Bhima mengutarakan memang butuh waktu jangka panjang agar rupiah bisa kembali menguat dengan adanya komitmen investasi tersebut. Pasalnya, butuh proses dari sebuah komitmen untuk kemudian direalisasikan.

Jika komitmen tersebut berhasil direalisasikan, kata dia, para investor kemudian akan menukarkan dolarnya ke dalam mata uang rupiah. Dengan begitu, permintaan rupiah pun akan meningkat. 

"Jika direalisasikan semua, imbasnya sangat positif ke rupiah. Setidaknya bisa ditekan di bawah Rp15.000 (per dolar AS)," katanya.

Tak hanya itu, kata Bhima, pesan yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam forum di IMF-WB pun memberikan sentimen positif. Pasalnya, Jokowi mengajak seluruh negara di dunia khususnya negara maju untuk mengedepankan kooperasi dan koordinasi dalam melawan ketidakpastian ekonomi global.

"Harapannya pertemuan di Bali bisa menjadi titik awal kestabilan baru kebijakan fiskal dan moneter dunia. Itu juga cukup positif, meskipun catatannya investor masih melihat data-data fundamental dalam keputusan berinvestasinya," pungkasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya