Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Rupiah Melemah, Industri Besar Mamin Masih Pertahankan Harga

Andhika Prasetyo
04/10/2018 13:25
Rupiah Melemah, Industri Besar Mamin Masih Pertahankan Harga
(ANTARA/Zabur Karuru)

KETUA Umum Gabungan Pengusaha Makanan dam Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan industri makanan dan minuman, terutama yang berskala kecil, sudah mulai mengalami kesulitan akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Adhi mengatakan, tidak ada pilihan lain bagi industri kecil selain menaikkan harga jual karena biaya produksi terus meningkat.

Sebagaimana diketahui, sebagian besar bahan baku mamin masih harus didatangkan dari luar negeri, seperti gandum yang kemudian diolah menjadi tepung terigu. Dolar AS yang terus menguat tentu membuat biaya bahan baku yang diimpor menjadi lebih besar.

Melansir Antara, pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (4/10) pagi bergerak melemah sebesar 75 poin menjadi Rp15.139 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.064 per dolar AS.

Ia menyebutkan harga tepung terigu kini sudah naik 10% lantaran biaya untuk mengekspor gandum semakin besar ditambah adanya bencana kekeringan yang melanda Australia, yang merupakan negara yang memasok gandum terbesar bagi Indonesia.

Sepanjang semester pertama, total volume gandum dari Negeri Kangguru hanya sebesar 1,4 juta ton. Jauh di bawah angka impor pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,2 juta ton.

Kondisi itu membuat pelaku usaha harus mengalihkan sumber impor gandum dari negara lain yang lebih jauh seperti Argentina, Rusia dan Ukraina, tentunya dengan biaya angkut yang lebih tinggi juga.

"Kondisi ini membuat industri kecil menaikkan harga karena bagi mereka yang terpenting itu bisnis harus terus berjalan. Mereka tidak punya strategi jangka panjang jadi kalau bahan baku naik ya harga jual naik," terangnya.

Adapun, bagi industri menengah dan besar, Adhi mengungkapkan, saat ini masih mencoba bertahan dengan segala daya yang mereka miliki. Berbeda dengan industri kecil, industri menengah dan besar lebih memiliki ketahanan karena menerapkan strategi jangka panjang.

"Kami berusaha untuk belum menaikkan harga dengan harapan penjualan tidak menurun. Kalau dipaksa menaikkan harga, nanti penjualan menurun, itu malah jadi lebih berat. Jadi untuk sementara margin tergerus tidak apa-apa," ucapnya.

Namun, jika kondisi tidak kunjung mengalami perbaikan, ia mengatakan mau tidak mau industri besar akan mengambil keputusan sulit yakni melakukan eskalasi harga jual produk mamin.

"Jika terus seperti ini, tahun depan pasti banyak yang akan melakukan penyesuaian harga," lanjutnya.

Keputusan untuk tidak menaikkan harga juga diambil karena lantaran saat ini sudah memasuki akhir tahun. Adhi mengatakan mereka bisa merelakan sisa tahun ini dengan margin keuntugan yang tipis.

"Ini memang masa-masa tanggung karena akhir tahun. Sulit kalau menaikkan harga langsung. Terlebih, dengan ritel, kita perlu waktu untuk pemberitahuan kalau mau menaikkan harga. Tidak bisa langsung," jelasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya