Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Masih Belum Cukup Kuat, Kenaikan Suku Bunga Perlu Dievaluasi

Fetry Wuryasti
03/10/2018 15:20
Masih Belum Cukup Kuat, Kenaikan Suku Bunga Perlu Dievaluasi
(MI/RAMDANI)

BANK Indonesia (BI) sejak April 2018 telah menaikkan suku bunga kebijakan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebanyak total 150 bps dari 4,25% menjadi 5,75%.

Namun Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada, A Tony Prasetiantono, melihat bank sentral perlu mengevaluasi kembali apakah kenaikan suku bunga atraktif agar investor memegang rupiah.

"Kalau dihitung, sebenarnya suku bunga kita masih belum ahead of the curve. Ini yang mungkin jajaran Bank Indonesia perlu mengevaluasi kembali. Apakah suku bunga saat ini sudah cukup atraktif untuk membuat pemilik dana memegang rupiah. Bagi kami suku bunga sudah naik banyak. Tapi investornya belum cukup cukup diyakinkan," ujar Tony di Seminar Fraksi Partai Golkar DPR RI di gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (3/10).

Bila dilihat dari kenaikannya, suku bunga AS telah naik dari 0,25 menjadi 2,25%, sedangkan BI7DRR baru naik dari 4,25% menjadi 5,75%.

Apalagi AS juga berhasil menurunkan angka pengangguran dari saat krisis 2008-2009 di 10% menjadi 3,8% di 2018. Akibatnya kini global investor lebih memilih memegang dolar AS dan menempatkan dana mereka di New York Stock Exchange.

Agenda jangka pendek dari sisi moneter, kata dia, BI perlu mengvaluasi apakah tingkat suku bunga masih cukup kuat untuk meyakinkan investor memegang rupiah. Lalu apakah kenaikan akan dilakukan segera atau menunggu pertemuan komite dewan gubernur bank sentral AS (FOMC).

Selain itu, Tony memandang pemerintah perlu lebih radikal dalam mengerem impor, tidak hanya pada penundaan 1147 items barang yang dikenakan PPh impor. Pemerintah juga perlu berani menunda proyek yang memakan banyak valas.

"Salah satu yang saya tawarkan rescheduling proyek-proyek yang lerlu banyak devisa. Pemerintah harus berani menego dengan pemerintah Tiongkok, Jepang, dan lainnya," tukas Tony. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya