Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Rupiah diproyeksi bergerak pada 14.950-15.060

Fetry Wuryasti
02/10/2018 16:25
Rupiah diproyeksi bergerak pada 14.950-15.060
(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

FAKTOR global dan domestik sama-sama mendominasi pergerakan rupiah pekan depan. Kenaikan harga minyak mentah hingga US$85 per barel atau melonjak 28% (ytd) disebabkan oleh berkurangnya pasokan paska boikot minyak Iran yang diserukan Trump.

Bagi Negara net importir minyak seperti Indonesia, naiknya harga minyak dapat menyebabkan defisit migas yang semakin lebar. Permintaan dolar secara alamiah akan terus meningkat.

"Wacana kenaikan harga BBM pun menjadi momok inflasi hingga akhir tahun 2018," ujar Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara, Selasa (2/10).

Kondisi eksternal diperparah oleh deadlock anggaran belanja pemerintah Italia. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan di daerah Uni Eropa pascakrisis utang 2013 lalu.

Ditambah ketidakpastian Brexit dibawah pemerintahan Theresa May menimbulkan pelemahan Euro terhadap dolar AS sebesar 1,29% seminggu terakhir.

Pada pekan ini AS akan mengumumkan data tenaga kerja. Sebelumnya pada bulan Agustus, jumlah lapangan kerja baru yang berhasil tercipta sebanyak 201.000 orang.

Diprediksi lapangan kerja bulan September kembali mencatatkan kenaikan diatas 180.000 orang. Alhasil pengangguran di AS turun ke 3,8% atau terendah dalam 18 tahun terakhir.

Situasi ini menciptakan spekulasi terhadap kenaikan Fed rate yang lebih cepat dari prediksi awal. Dolar Index yang merupakan perbandingan dolar AS terhadap mata uang lainnya mencapai level 95.

"Kenaikan Dolar Index jadi sinyal tren super dolar berlanjut dan menghantam mata uang negara berkembang,"

Pidato pemimpin Negara di PBB tentang bahaya perang dagang khususnya yang disampaikan oleh Menlu Tiongkok, Wang Yi, menjadi peringatan akan memburuknya volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global hingga tahun depan.

Dari dalam Negeri, pengumuman terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke III 2018 oleh BPS yang diprediksi akan berada dikisaran 5,1% atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya.

Bank Indonesia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di bawah 5,2%. Kekhawatiran ini berdasarkan pada stagnannya konsumsi, menurunnya kinerja investasi dan net ekspor.

"Pelaku pasar juga mencermati efek pengumuman inflasi bulan September yang tercatat deflasi 0,18%. Deflasi menunjukkan konsumsi rumah tangga yang melambat," tukas Bhima. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya