Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

DBS: Defisit Transaksi Berjalan dan Kepemilikan Asing di SBN yang Tekan Rupiah

Fetry Wuryasti
05/9/2018 13:25
DBS: Defisit Transaksi Berjalan dan Kepemilikan Asing di SBN yang Tekan Rupiah
(MI/Adam Dwi)

PASAR keuangan Indonesia terus merasakan ketegangan dari emerging market sell off, meskipun kondisi domestik saat ini menguntungkan.

Pertumbuhan ekonimi semester I 2018 meningkat menjadi 5,2% YoY, sementara Agustus lalu inflasi indeks harga konsumen melemah dari yang diprediksikan, pada kisaran 3,2% YoY stabil dari bulan Juli.

Hal ini senada dengan target Bank Indonesia pada kisaran 2,5%-4,5%. Defisit transaksi berjalan fiskal masih sesuai dengan yang dianggarkan yaitu -2,1% dari PDB, dimana rasio utang pemerintah terhadap PDB rendah di 28,7% pada akhir 2017.

Menurut tim analis DBS yang terdiri dari Ekonom Radhika Rao, Strategist Duncan Tan, dan Strategis sektor Suku Bunga Eugene Leow, terdapat dua poin kesulitan Indonesia yang masih bertahan. Meskipun defisit transaksi berjalan di bawah 3% tahun ini, hal tersebut diekspektasikan akan lebih lebar dibandingkan 2017. Hal itu menyiratkan kebutuhan pembiayaan yang lebih tinggi. 

Kedua, kepemilikan asing yang cukup besar terhadap obligasi domestik, ditambah dengan utang korporasi dalam dolar AS yang lebih tinggi. Di dalam lingkungan dolar AS yang kuat, terlihat mata uang rentan terhadap kelemahan.

"Pihak berwenang telah secara aktif mendukung pasar forex domestik dan pasar obligasi selama serangan volatilitas baru-baru ini. Di tengah penurunan yang lebih luas dalam mata uang regional, langkah-langkah intervensi membantu tetapi akan menjadi tantangan untuk memutar balik arah saat ini," ujar Tim DBS melalui rilis yang diterima, Rabu (5/9).

Menurut DBS, dengan reformasi subsidi atau liberalisasi untuk harga bahan bakar yang tidak mungkin terjadi sebelum pemilihan umum tahun depan. Pemerintah diperkirakan akan lebih banyak mengeluarkan kebijakan bertahan dan tindakan administratif yang bertujuan untuk menjaga mata uang dan defisit transaksi berjalan.

"Langkah-langkah untuk memperlancar FX dan risiko suku bunga untuk korporasi juga telah diambil. Sampai sekarang, BI sudah mengurangi transaksi minimum dari hedging swap FX menjadi US$ 2juta sebelumnya US $10juta dan berencana untuk memperkenalkan overnight interest (OIS) rates," ulas DBS.

Sentimen juga perlu ditingkatkan untuk menstabilkan kurs rupiah. Obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun dijual secara signifikan dengan tenor sudah melampaui 8%. Secara bersamaan, USD/IDR juga menembus 14800-14.900

Sebagian besar aksi jual terjadi oleh kekhawatiran tentang Turki dan Argentina yang meluas ke emerging market lainnya dan sangat sedikit hubungannya dengan kondisi domestik.

"Pada dasarnya, kami tidak berpikir bahwa aksi jual itu dibenarkan dan diperlukan, mengingat kurangnya jelasnya hubungan antara Indonesia dan Turki/Argentina. Namun, jeda untuk suku bunga acuan emerging market kemungkinan akan sulit dipahami dalam waktu dekat. Antara perambatan pada negara berkembang,  kenaikan suku bunga The Fed,dan perang dagang, mungkin terbukti sulit bagi investor untuk masuk dengan risiko utang lokal pada saat ini," tukas Tim DBS Indonesia. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya