Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Indonesia Telah Tuntaskan Sengketa Dagang

Bayu Anggoro
08/8/2018 20:15
Indonesia Telah Tuntaskan Sengketa Dagang
(MI/Bayu Anggoro)

PEMERINTAH memastikan sejumlah sengketa perdagangan  internasional Indonesia yang diadukan ke organisasi perdagangan dunia  (WTO) sudah terselesaikan. Salah satunya dengan meningkatkan perdagangan  sesuai permintaan negara yang memperkarakan.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita,  mengatakan pihaknya bersama  Kementerian Luar Negeri terus berupaya untuk memperbaiki hubungan dagang  dengan negara anggota WTO. Selain untuk memperlancar ekspor, ini pun dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan produk impor.

Sebagai contoh, untuk menjawab protes dari Brasil yang menentang  kebijakan Indonesia akan produk daging sapi tertentu, pemerintah membuka  keran impor dari berbagai negara. Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi,  saat itu pemerintah hanya mengimpor dari Australia.

Kini, Indonesia tidak hanya bergantung dari Australia karena pemerintah  mengimpor sapi dari negara lain seperti Brasil, Spanyol, dan India.  "Jangan bergantung pada satu negara. Sehingga saat kita buka dari  Spanyol, Brasil, apalagi India, harga turun," kata Enggar, sapaan akrab Menteri Perdagangan,  di Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/8).

Perbaikan serupa pun dilakukan dengan Amerika Serikat. Indonesia  mengoreksi kebijakan non-tarif barriers yang dianggap diskriminatif  dalam perdagangan internasional. Dalam implementasinya, lanjut dia, saat ini pihaknya tengah menyiapkan draft peraturan menteri.

"Sambi menunggu implementasi perubahan itu, untuk proteksi dirinya,  mereka (Amerika Serikat) lapor dulu ke WTO. Saya tidak khawatir karena  kita akan selesaikan itu," katanya.

Selain itu, menurutnya saat ini pemerintah pun tidak menghalang-halangi  akses pasar dalam negeri untuk produk negara tersebut. Menurut dia,  pihaknya sudah mengeluarkan surat persetujuan impor untuk produk-produk tertentu.

Namun, Enggar menegaskan aktivitas membeli barang dari luar negeri itu pun  sesuai dengan kebutuhan dalam negeri. "(Contohnya) kedelai. Pabrik tahu,  tempe, kalau pindah ke negara lain, marah, didemo," katanya.

Hal serupa pun terjadi pada produk Indonesia yang diekspor ke Negeri 
Paman Sam itu. "Dari US$28 miliar, hampir 50% kita surplus," ucapnya.

Dia menambahkan, berbagai aktivitas perdagangan dengan luar negeri  ini pun merupakan konsekuensi dari keikutsertaan Indonesia sebagai  anggota WTO. "Enggak ada pilihan lain karena kita member dari WTO. Kalau  kita tidak mau, kita tidak bisa ekspor. Jadi kita enggak boleh  menang sendiri," paparnya.

Meski begitu, semua perdagangan internasional yang dilakukan pun memang  dibutuhkan Indonesia karena mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Jadi  kita complementer. Free trade, fair trade," katanya. (A-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Agus Triwibowo
Berita Lainnya