Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Bunga Naik Pulihkan Kepercayaan Investor

Tesa Oktiana Surbakti
30/6/2018 09:11
Bunga Naik Pulihkan Kepercayaan Investor
(Sumber: Bank Indonesia/BPS/Garfis: Tim MI)

UNTUK memulihkan kepercayaan investor terhadap pasar keuang­an domestik sehingga berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia (BI) kembali me­naik­kan suku bunga acuan (BI 7-day reverse repo rate), kemarin (Jumat, 29/6/2018).

Kali ini, bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menja­di 5,25%. Selain suku bunga acuan, BI ju­ga menaikkan suku bunga penempatan li­kuiditas harian perbankan (deposit facili­ty) 50 bps menjadi 4,50% dan suku bunga pinjaman kepada perbankan yang memerlukan likuiditas harian (lending facility) 50 bps menjadi 6,00%.

“Keputusan ini merupakan langkah lanjutan BI secara pre-emptive, front loading, dan ahead the curve untuk menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara. Apalagi ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, kemarin.

Pergerakan rupiah tepatnya sejak perte­ngahan bulan ini, lanjut Perry, mengalami gejolak cukup besar karena terimbas me­nguatnya dolar AS terhadap sejumlah mata uang global. Rupiah sempat berada pada tren menguat hingga level 13.858 per dolar AS se­bagai respons atas kebijakan BI yang mengarah pre-emptive, front-loading, dan ahead the curve tersebut.

Akan tetapi, kebijakan The Federal Re­­serve melalui Federal Open Market Co­­mmittee (FOMC) berubah lebih agresif ka­rena merespons perubahan kebijakan bank sentral Uni Eropa dan Tiongkok. Ketidakpastian pasar keuangan global yang kembali meningkat tidak hanya memukul nilai tukar rupiah, tetapi juga seluruh mata uang global.

Per 28 Juni 2018, rupiah tercatat berada di level 14.390 per dolar AS atau melemah 5,27% jika dibandingkan dengan di akhir Desember 2017 (year to date/ytd). Sementara itu, mengacu kurs referensi Jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor), nilai rupiah pada 29 Juni 2018 merosot lebih dalam, yakni 14.404 per dolar AS.

Menurut Perry, BI terus mewaspadai ri­siko ketidakpastian pasar keuangan global tersebut dengan melakukan stabilitasi nilai tukar seturut fundamennya, berikut menjaga mekanisme pasar yang didukung upaya pengembangan pasar keuangan.

Perry memastikan kebijakan penaikan suku bunga acuan tetap ditopang kebijakan intervensi ganda di pasar valuta asing dan pasar surat berharga negara (SBN) serta strategi operasi moneter dalam rangka menjaga kecukupan likuiditas.

Persepsi pasar
Menko Perekonomian Darmin Nasution menyambut baik penaikan suku bunga acuan perbankan hingga 50 basis poin menjadi 5,25%.

“Tidak naik, ketinggalan. Orang lain naik, itu akan membuat capital flight, tetapi ja­ngan langsung disertai penyesuaian ting­kat bunga kredit perbankan agar tidak memberatkan sektor riil yang mendukung perekonomian,” ungkap Darmin.

Optimisme rupiah kembali menguat juga disampaikan pengamat ekonomi dari Asian Development Bank Institute, Eric Sugandi. Rupiah sempat berada dalam tren penguat-an hingga pertengahan Juni 2018. Pada 6 Juni 2018 bahkan menyentuh level 13.853 per dolar AS.

“Kalau dilihat pergerakannya, rupiah menguat setelah kenaikan suku bunga acuan BI yang lebih besar daripada ­ekspektasi pa­sar. Ke depan, perlu tidaknya (kenaikan) su­ku bunga acuan BI harus memperhatikan apakah tekanan eksternal hanya ka­rena persepsi pasar atau pengaruh fundamental,” tandas Eric. (Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya