Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MASA sulit kini tengah menaungi Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog). Di satu sisi, perseoran diembani tugas untuk menyerap gabah petani guna mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP). Di sisi lain, tugas untuk menstabilkan harga juga melekat pada Bulog.
Pengamat pertanian Khudori melihat situasi tersebut sangat sulit dijalankan oleh Bulog saat ini.
Musim panen raya yang tengah berlangsung, ucap Khudori, seharusnya menjadi momentum emas bagi perusahaan plat merah itu menyerap hasil produksi. Dengan begitu, Bulog akan memiliki stok yang cukup untuk ketahanan pangan nasional, dalam hal ini komoditas beras.
Namun, jika upaya serap gabah terus dilakukan dengan mengacu pada harga pembelian pemerintah sebesar (HPP) Rp3.700 per kilogram (kg), lalu ditambah skema fleksibilitas 20% menjadi Rp4.400 per kg, lanjutnya, hal itu akan menciptakan persaingan antara Bulog dengan pelaku usaha penggilingan padi sehingga membuat harga gabah menjadi tinggi dan berimbas pada harga beras di tingkat konsumen.
Karena itu, Khudori mengatakan, jika fokus utama pemerintah adalah menekan harga beras hingga menyentuh harga eceran tertinggi (HET) Rp9.450 per kg, Bulog sebaiknya menahan diri untuk tidak terjun ke lapangan menyerap hasil produksi petani.
"Bulog harus menunggu sampai pasar gabah mulai jenuh. Jangan dulu agresif masuk ke pasar. Biarkan sampai harga beras di pasar turun terlebih dulu," ujar Khudori kepada Media Indonesia, Jumat (16/3).
Jika hal itu diterapkan, konsekuensi pasti ada. Persediaan CBP akan semakin menipis karena Bulog tidak melakukan serapan. Jalan yang harus ditempuh untuk mengatasi persoalan tersebut ialah dengan melakukan impor beras yang lebih besar.
Khudori mengungkapkan impor beras yang kini tengah direalisasikan Bulog sebesar 281 ribu ton masih terlalu kecil.
Walaupun pada akhirnya pemerintah, melalui rapat koordinasi terbatas, memutuskan untuk memperpanjang waktu importasi hingga Juni mendatang supaya perseroan bisa memasukkan beras sebanyak 500 ribu ton, Khudori menilai jumlah itu juga masih minim dan belum memenuhi standar aman CBP.
"Beras 300 ribu ton itu hanya untuk tiga hari. Idealnya itu kita punya cadangan sampai 15-20 hari ke depan. Jadi butuh 1,5 juta-2 juta ton agar aman. Biaya yang dibutuhkan bisa mencapai Rp20 triliun," terangnya. (X-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved