Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
SETIAP pulang ke rumah orangtua di Bandung, sebelum kembali lagi ke Jakarta saya pasti selalu dibekali oleh-oleh, terutama oleh bapak, yaitu doa. Biasanya sebelum masuk ke mobil, kami berkumpul lalu bapak mulai berdoa.
Doanya campuran. Ada yang bahasa Arab, bahasa Indonesia, terkadang terselip bahasa Sunda. Setelah itu bapak memberikan kertas berisi doa yang dia tulis tangan sendiri dan meminta saya untuk membacanya. Ada doa minta rezeki yang berkah, doa dimudahkan segala urusan, doa keselamatan, dan banyak lainnya.
Beberapa di antaranya ada yang langsung saya hafalkan karena pendek.
Akan tetapi, lebih banyak yang saya lupakan begitu saja. Mungkin itu sebabnya kalau saya berdoa selalu singkat karena doa saya selalu itu-itu saja.
Saya kira agama atau keyakinan apa pun memiliki doanya masing-masing.
Dengan berdoa kita mengakui ada kekuatan utama yang mengatur segala sesuatunya. Doa merupakan penghancuran nilai-nilai egoisme kemanusiaan yang selalu identik dengan kesombongan, keangkuhan, dan merasa bahwa setiap keberhasilan ialah jerih payah sendiri tanpa menganggap adanya campur tangan Allah SWT sebagai Zat Pengatur.
Keberhasilan selalu diidentikkan dengan kecerdasan kognitif semata.
Kesuksesan selalu dipahami sebagai jerih payah sendiri. Di sinilah celah tipuan setan untuk menggiring kita menjadi manusia yang mengingkari nilai ketuhanan.
Dalam Islam, kegiatan apa yang tidak ada doanya? Saya kira semua ada.
Dari bangun tidur, mandi, becermin, berpakaian, makan, bepergian, bekerja, sampai mau kembali tidur semua ada doanya.
Untuk hal ini anak saya jauh lebih banyak hafalannya jika dibandingkan dengan saya.
Malu saya. hehe. Sebetulnya, dulu waktu zaman sekolah sih banyak yang saya ingat. Akan tetapi, karena jarang diamalkan, jadinya lupa, hehe.
Walaupun secara kualitas doa disejajarkan dengan setengah ibadah wajib, dari segi substansinya doa merupakan inti dari setiap ibadah yang kita lakukan. Karena itu, tak salah bila Rasulullah SAW mengatakan bahwa doa adalah rohnya ibadah. Tanpa doa, ibadah tidak akan punya arti apa-apa.
Ada salah satu pemandangan indah yang pernah saya alami sendiri. Waktu itu saya dalam perjalanan ke Inggris dan transit di Istanbul Attaurk, Turki. Ketika saya bertanya kepada petugas di mana saya bisa melaksanakan salat, saya diarahkan ke sebuah ruangan bertuliskan Multi Faith Prayer Room.
Di dalamnya banyak orang dari berbagai bangsa dan bermacam keyakinan.
Tujuannya satu, berdoa. Kami khusyuk dalam ibadah dan doa kami masing-masing. Saya tidak mengerti apa yang dirapal oleh penganut agama lain. Namun, yang pasti semua yang diminta kepada-Nya (apa pun sebutannya) adalah kebaikan.
Allah Mahabaik, bahkan manusia yang jarang atau bahkan tidak pernah berdoa pun tetap Allah berikan rezeki. Ya, mungkin saja saat itu kita sedang beruntung dan Allah sedang berbaik hati kepada kita, hehe. Logika sederhananya, tidak minta saja dikasih, apalagi jika kita meminta dan memohon?
Saya teringat kepada bapak saya yang berkata, "Aa,jika kita sedang mendapatkan masalah, baca doa Nabi Ibrahim ketika beliau diselamatkan dari kobaran api. Juga doa yang ini supaya anak kamu jadi anak yang saleh." Pernah juga bapak menuliskan doa saat Nabi Yunus dikeluarkan dari perut ikan paus. "Ini doa bagus supaya kita bisa keluar dari kesulitan hidup," ujarnya.
Pelajaran yang saya dapatkan ialah nabi saja yang merupakan manusia utama kekasih Allah tidak pernah berhenti berdoa, kenapa kita yang hanya manusia biasa malas untuk berdoa? Sombong sekali rasanya.
Satu demi satu kumpulan kertas yang bapak berikan kepada saya, saya baca lagi dan hafalkan. Beberapa di antaranya sudah menjadi doa yang saya baca setiap sehabis salat atau dalam setiap kesempatan saat saya sedang memerlukannya. Lumayan, sekarang kalau berdoa enggak terlalu sebentar seperti sebelumnya, hehe. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved