DARI ruang kerjanya, Andi Susanto hanya perlu berdiri dan melongok ke bawah untuk melihat kamar tidurnya. Dari ruang kerja dengan meja lesehan itu pula ia hanya perlu bergerak dua langkah ke kanan untuk melihat kamar anaknya. Andi memang sengaja membuat beberapa ruang di rumahnya yang terletak di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara, terkoneksi. Konsep ruang tidur utama dengan ruang kerja makin unik karena menggunakan konsep duplex. Dengan tinggi 6 meter, ruangan itu memang mendukung untuk dijadikan semidua lantai.
Suasana ruang kerja, yang hanya sekitar setengah kamar tidur utama, diupayakan tetap lapang dengan furnitur serbaminimalis. Konsep minimalis diterapkan pula pada tangga penghubung kedua ruang itu. Induk tangga berupa tiang putih di sisi luar, sedangkan pegangan hanya terdapat di sisi tembok. Meski begitu, tangga itu tetap unik dan bahkan jadi daya tarik utama di ruang bawah, karena pijakan kayu yang berbentuk seperti huruf P dengan bagian kepala yang berselang-seling. Di kamar anak, suasana hangat dibangun dengan penggunaan lantai kayu. Sementara itu, furnitur tetap tidak banyak, yakni hanya berupa tempat tidur yang girlie dan sebuah sofa panjang yang bisa dijadikan tempat tidur.
"Saya sengaja menempatkan kamar anak di atas karena bisa langsung terhubung dengan ruang kerja saya dan kamar utama," ujar Andi, Rabu (12/11). Dengan konsep semidua lantai itu, pria yang berprofesi arsitek itu mampu membuat luas bangunan menjadi 170 meter persegi tanpa mengubah fondasi awal dan atap rumah. "Bangunan rumah ini masih satu lantai. Namun, luas bangunannya sudah seperti rumah dua lantai serta penggunaan tata ruang interior yang mampu menghadirkan keluasan ruang," papar Andi soal rumah di atas tanah seluas 120 meter persegi itu. Material bekas Andi mengungkapkan, semula rumah tersebut layaknya rumah standar era 1980-an. Ia lalu mengubah dengan inspirasi rumah modern bergaya Jepang. Semua itu sudah terlihat dari tampak luar rumah yang menerapkan konsep semikayu. Di kedua sisi samping pintu depan yang terbuat dari kayu berwarna cokelat, misalnya, terdapat dinding parquet kayu dan kaca bening. Tampilan itu kontras dengan teralis putih di bagian luar pintu masuk. Selain di bagian depan rumah, dinding parquet yang dipadu kayu laminasi tekanan tinggi (high pressure laminate/HPL) juga terlihat di ruang keluarga. Selain menjadi aksen pada dinding di belakang televisi, dinding HPL itu juga menjadi pemisah antara ruang keluarga dan ruang makan.
"Awalnya tampak bangunan rumah ini seperti rumah zaman 80-an. Namun, saya ubah menjadi rumah modern bergaya Japanese dengan menggunakan bahan-bahan material bekas," ucap Andi di rumahnya. Material bekas didapatkannya dari bekas proyek-proyek pembangunan rumah yang pernah ia tangani. "Banyak material bekas yang sudah tidak terpakai saya bawa pulang dan digunakan di rumah ini. Seperti teralis, alumunium, kayu parquet, HPL serta tegel granit yang kalau mengikuti harga normal bisa puluhan juta, tapi saya dapat hanya dengan ratusan ribu," tambah Andi. Dengan menerapkan konsep yang minimalis, ia berhasil memadukan material yang telah usang menjadi tampak baru kembali. Konsep minimalis juga terlihat di kamar mandi. Ruang yang terletak di bagian belakang rumah itu didominasi nuansa cokelat dengan granit bercorak alami. Ruang kamar mandi terbagi dalam dua area, yakni bathtube dan shower.
"Untuk kamar mandi, saya menerapkan konsep huruf L dengan membuat ruang mandi tersendiri dengan menggunakan shower. Jadi ada pintu yang memisahkan tempat mandi dengan bathtube dan shower," jelasnya. Di ruang makan, Andi menggunakan satu meja makan berwarna cokelat berbentuk oval dengan empat bangku yang berada di setiap sisinya. Menariknya, Andi menempatkan satu lemari kaca di belakang samping meja makan yang berisikan mainan Gundam asal 'Negeri Sakura'. Untuk dua ruangan, yakni ruang makan dan ruang keluarga, Andi hanya memasang satu unit pendingin udara yang berada di ruang makan. Namun, aliran udara juga terasa ketika sedang duduk di ruang keluarga yang terpisahkan oleh sekat tembok pembatas antarruangan. Lancarnya sirkulasi udara menurut Andi karena ia mengatur diagram aliran udara pada bangunan tersebut agar bisa mengalir masuk ke bangunan. Hal itu terlihat dari adanya bagian kosong di belakang rumah yang bagian atasnya tertutup oleh tembok dari bangunan di belakang rumah.
"Jadi memang saya desain untuk bangunan belakang rumah sedikit terbuka untuk bisa mendapatkan pantulan udara dan angin yang terpentok sisi bangunan belakang rumah," jelasnya. Dengan begitu, udara di saat sore hari ketika angin berhembus dari arah depan rumah mengalir keseisi rumah. Tak ayal, seisi rumah seakan tidak terasa pengap saat seluruh pintu dan jendela dalam posisi tertutup. "Jadi kalau sore rumah masih terasa sejuk karena angin bisa masuk ke bangunan," pungkas Andi. (M-3)