Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
SEORANG gadis terlihat canggung memasuki ruangan, memperhatikan mereka yang asyik menari. Dalam ruangan itu telah ada beberapa muda-mudi yang tengah menari.
Diiringi rebana, biola, dan akordion mereka menarikan tari Serampang Dua Belas . Itulah sepotong film lawas berjudul Tiga Dara yang dipro duksi pada 1956. Secuplik adegan itu menjelaskan Tari Serampang Dua Belas cukup populer pada masa itu.
Ada beberapa yang menarik dari Tari Serampang Dua Belas yang ditampilkan dalam cuplikan fi lm itu. Bahkan pada masa itu, Presiden Soekarno mencanangkan Serampang Dua Belas sebagai tari nasional. Tari melayu ini dimainkan sebagai tari pergaulan dan mengandung pesan tentang anak muda. Muda-mudi yang sedang dalam pencarian pasangan hidup, mulai perkenalan sampai pernikahan. Meski demikian, saat ini, tarian ini juga diajarkan kepada anak-anak.
"Serampang itu memang diciptakan untuk menyaingi tren-tren yang datang dari luar pada masa presiden Soekarno. Sebenarnya sampai 12 itu mengikat tali pernikahan," tegas Maestro Tari Melayu Irianto Catur SBP. Tari Serampang Dua Belas ditarikan dengan komposisi pakaian warna-warni.
Lenggaklenggok para penari begitu anggun dengan berbalut kain satin yang menjadi ciri khas pakaian adat dari masyarakat Melayu. Sapu tangan melengkapi perpaduan pakaian tersebut sebagai properti tari pada gerakan penutup tari Serampang Dua Belas. Semua itu dipadu indah dengan tempo lumayan cepat serta ritme gerak yang lincah. Gerak kaki banyak melompat-lompat, gerak tangan cepat serta lirikan mata.
Tari Serampang Dua Belas merupakan salah satu dari tari melayu yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang di Kabupaten Serdang Bedagai (Kabupaten Deli Serdang) Sumatra Utara. Tari Serampang Dua Belas dahulu lebih dikenal dengan nama tari Pulau Sari. Hal ini mengacu pada judul lagu yang mengiringi tarian tersebut, yaitu lagu Pulau Sari. Tarian ini diciptakan Sauti Daulay pada 1940- an dan digubah ulang oleh penciptanya antara 1950-1960.
Sauti yang lahir pada 1903 di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, ketika menciptakan tari Serampang Dua Belas sedang bertugas di Dinas PP&K Provinsi Sumatra Utara.
Selain tari Serampang Dua Belas, Sauti juga berhasil menggubah beberapa tari lain, yaitu tari jenis tiga serangkai yang terdiri dari Tari Senandung dengan lagu Kuala Deli, Tari Mak Inang, dengan lagu Mak Inang Pulau Kampai, dan tari Lagu Dua dengan lagu Tanjung Katung. Penamaan tari Serampang Dua Belas diambil dari dua belas ragam gerakan tari yang bercerita tentang tahapantahapan proses pencarian jodoh hingga memasuki tahap perkawinan.
Selisik tari
Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta menyelenggarakan program Selisik Tari dengan mengusung tema Selisik Tari Melayu pada November 2016. Acara itu diisi dengan seminar tentang tari Melayu dari Suhaimi Bin Magi, Julianti Parani, dan Renee Sariwulan. Selain itu, masih ada pertunjukan oleh Empu Tari Melayu seperti Wardi Suhadi Diman, Tom Ibnur, dan Irianto Catur SBP.
Terkait dengan tari Serampang Dua Belas, Julianti Parani mencatat pada dekade 1950-an, Presiden Soekarno mengeluarkan instruksi untuk menjadikan tari Serampang Dua Belas sebagai tari nasional. Presiden Soekarno secara politis menganjurkan agar Kepribadian Nasional dianut pemuda Indonesia dalam tarimenari. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan nasionalisme Indonesia.
Presiden Soekarno dalam menjalankan pemerintahannya terkenal dengan sikap anti-Barat. Pada masa itu, Indonesia masih berseteru dengan Belanda untuk mendapatkan kembali Irian Barat (Papua). Kemudian memboikot fi lm Barat terutama dari Amerika dan melarang gaya musik dan tari rock 'n roll dari fi lm Bill Haley yang musiknya dianggap musik 'ngak ngik ngok' dan tarinya tidak berkepribadian nasional. Sebagai gantinya, dianjurkan tari Serampang Dua Belas disebarkan melalui festival, kompetisi, pelatihan, dibuatkan fi lm, dan mengisi misi kebudayaan keluar negeri. Namun, setelah 1965, sebab perubahan situasi politik, perhatian terhadap tari Serampang Dua Belas menurun.
Tari Serampang Dua Belas mengajarkan makna dan nilai yang mencerminkan sopan santun, moral, dan etika dari bangsa ini. Tarian itu harus tetap lestari. Tentunya dengan disertai dengan penciptaan tari melayu baru, seperti karya Maestro Irianto Catur SBP berjudul Tari Capa dan Tengkuluk. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved