Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Kebengisan Durga

ONO SARWONO
01/9/2024 05:15
Kebengisan Durga
Ilustrasi MI(MI/EBET)

BELUM lama ini kita digusarkan dengan adanya seorang ibu yang menganiaya balita di Depok, Jawa Barat. Setidaknya ada dua anak yang dikasari dengan kejam. Para korban itu asuhan pelaku sendiri yang membuka usaha penitipan anak.

Lebih dari itu, yang amat mengherankan bahwa selama ini pelaku dikenal sebagai influencer parenting, artinya seseorang yang biasa menguliahi publik dalam bidang pengasuhan anak. Termasuk juga kerap menyuarakan berbagai hak mendasar anak.

Perilaku bengis demikian itu bak kekejaman Bathari Durga dalam jagat wayang. Di antara kisahnya, Durga tanpa perikemanusiaan menyiksa jabang bayi tak berdosa. Bahkan berupaya membunuh, tetapi gagal berkat perlindungan Sanghyang Wenang.

Baca juga : Istana Yawastina

 

Pongah dan serakah

Alkisah, Dewi Permuni bercita-cita menjadi permaisuri raja Kahyangan Sanghyang Manikmaya alias Bathara Guru. Ikhtiarnya dengan bertapa di Hutan Krendayana. Genturnya laku mengguncang ketenteraman Kahyangan Jonggring Kailasa.

Baca juga : Refleksi Kemerdekaan

Demi memulihkan kondisi kahyangan, Bathara Guru menghampiri Permuni dan menerima permintaannya, tapi sebatas wadag. Adapun jiwanya ditukar dengan roh Dewi Umayi, permaisuri Guru, yang dikutuk menjadi raksesi.

Sejak saat itu, Umayi diberi nama Bathari Durga serta diperintahkan menetap dan berkuasa di Kahyangan Setragandamayit. Di situ Durga berbala semua makhluk siluman. Wewenangnya memberi bantuan para pemujanya yang berwatak serakah.

Dari perkawinannya dengan Bathara Guru, Umayi alias Durga memiliki anak bernama Dewasrani yang berkuasa di negara Tunggulmalaya. Sebagai ibu, Durga amat sayang kepada Dewasrani. Saking sayangnya, apa pun yang diminta dipenuhi. Dalam kearifan lokal, tingkat sayang Durga kepada Dewasrani disebut dengan ungkapan Welas tanpa alis. Artinya, kasih sayang yang sangat berlebihan atau tidak terkontrol sehingga justru mengakibatkan ketidakbaikan yang bersangkutan.

Baca juga : Kebengisan Durga

Misalnya, Durga memberi kesaktian atau kedigdayaan yang tak tertandingi kepada Dewasrani yang bernafsu menjadi lelananging jagat atau lelaki tersohor di dunia. Aji Kawrastawan pun diberikan sehingga bisa beralih rupa menjadi apa saja sesuai dengan kehendaknya.

Dengan sikap ibundanya yang berlebihan itu membuat Dewasrani pongah dan tamak. Apalagi sebagai anak penguasa tribuana, yang membawahkan mayapada, madyapada, dan marcapada, membuatnya bebas dan leluasa bertualang sesukanya.

Oleh karena itu, banyak cerita yang mengisahkan kesintingan Dewasrani menebar onar di sana-sini. Bukan hanya di marcapada, melainkan juga di kahyangan, dunia para dewa-dewi. Mirisnya, apa pun polah tingkahnya selalu dibela sang ibunda. Lebih dari itu, demi menyenangkan anak, Durga menutup mata untuk berbuat apa saja meskipun tindakannya melanggar angger-angger (aturan) dan melawan hukum alam. Perempuan itu tidak segan-segan bengis kepada siapa saja.

Baca juga : Membangun ala Pandawa

 

Dresanala-Arjuna

Pada suatu ketika Dewasrani iri dan benci kepada Arjuna karena meminang Bathari Dresanala. Menurutnya, Arjuna sebagai titah biasa tidak berhak beristri bidadari. Alasan lain, putri Bathara Brama itu wanita pujaan hatinya.

Seperti biasanya, Dewasrani meminta tolong kepada ibunya agar menikahkan dirinya dengan Dresanala walaupun sudah menjadi istri kesatria Pandawa. Durga lalu menghadap Bathara Guru dan merayu agar memenuhi permintaan sang anak. Dengan kekuasaannya, Guru memerintahkan Bathara Brama menceraikan anaknya dan Arjuna harus segera diusir kembali ke Amarta (marcapada). Brama tidak kuasa berbuat lain kecuali melaksanakan sabda penguasa tunggal meskipun tidak adil.

Sebagai orangtua, Brama tidak mampu menyembunyikan kesedihan. Begitu pedih melihat anak dan menantu harus berpisah di kala sedang hangat menikmati kebahagiaan. Pun istrinya, Dewi Rarasyati, tiada henti menangis.

Arjuna yang kenyang berbagai cobaan hidup berusaha menghibur Dresanala yang merasa tidak kuat memikul lelakon. Sebagai suami dan manusia biasa, tentu tidak tega meninggalkan istri, apalagi sedang mengandung tujuh bulan. Namun, sebagai kesatria, Arjuna tidak takut dengan apa pun yang terjadi. Ia yakin keadilan akan datang pada waktunya. Untuk itu, ia hanya harus ikhlas dan legawa menjalani ujian hidup dan semuanya diserahkan kepada Zat Yang Mahakuasa.

Atas perintah Bathara Guru, Dresanala harus dinikahkan dengan Dewasrani. Meski keputusan itu ditentang keras Bathara Narada, Manikmaya bergeming. Malah paranpara sepuh itu dipersilakan minggat jika tidak menerima. Dresanala kemudian diboyong ke istana Tunggulmalaya. Di tempat itu Durga bertindak di luar kezaliman dengan memaksa orok dalam rahim wanita teraniaya itu keluar. Setelah jabang bayi lahir, langsung dibanting dan diinjak-injak.

Tidak sampai di situ, Durga bermaksud membunuh bayi tersebut. Kekejamannya demi menuruti putranya yang tak ingin Dresanala punya anak selain dari benihnya. Ada kekhawatiran pula, kalau anak Arjuna hidup, kelak akan menjadi masalah.

Di luar dugaan, jabang bayi tidak mati meski dianiaya dengan cara apa pun. Lalu Durga mencuri kunci Kawah Candradimuka dari tangan Bathara Yamadipati. Bayi itu kemudian dicemplungkan ke kawah api dengan harapan lebur jadi debu.

 

Durga diwanti-wanti

Sungguh mengherankan, bayi tidak hancur. Beberapa saat kemudian, bayi malah tumbuh menjadi remaja dan keluar dari kawah api sambil tersenyum. Anak itu amat pintar dan sakti. Semuanya terwujud atas kehendak Sanghyang Wenang.

Bathara Narada yang menyaksikan lalu menemui dan memberi nama Wisanggeni. Setelah tahu dan paham asal-usulnya, anak ajaib itu mengobrak-abrik kahyangan tanpa ada yang mampu menandingi. Bathara Guru pun terpaksa mengungsi.

Singkat cerita, Wisanggeni bertemu bapaknya dan kemudian merebut kembali Dresanala dari cengkeraman Dewasrani. Semar, pamong Pandawa, mewanti-wanti Durga agar tidak mengulangi kebengisan bila tidak ingin mendapat karma. (M-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
  • Ironi Dasamuka

    03/8/2025 05:00

    DALAM dunia wayang, salah satu pemimpin yang dikenal amat patriotik ialah Dasamuka alias Rahwana.

  • Premanisme di Mandura

    06/7/2025 05:00

    PREMANISME kembali menggila. Berkedok sebagai ormas, tapi sepak terjang mereka bak garong yang garang melawan hukum.

  • Pemimpin itu juga Guru

    04/5/2025 05:00

    ADA kata-kata bijak, ‘pemimpin itu juga guru’. Maknanya, pemimpin semestinya juga berjiwa pendidik karena ucapan, sikap, dan perilakunya harus bisa menjadi contoh.

  • Berani Berkorban

    02/3/2025 06:00

    ​DALAM hal watak, setiap pejabat negara idealnya seorang kesatria.

  • Cara Membuat Wayang Kulit: Panduan Lengkap untuk Pemula

    18/2/2025 18:41

    Wayang kulit adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO. Seni tradisional ini bukan hanya hiburan semata, tetapi juga memiliki nilai filosofi dan sejarah mendalam

  • Wayang Golek vs Wayang Kulit: Apa Perbedaannya?

    13/2/2025 23:00

    Keduanya memiliki nilai budaya yang tinggi, namun cara penyampaian cerita dan visualisasinya sangat berbeda, mencerminkan keragaman dalam tradisi wayang di Indonesia.