Bardjan menjadi film pendek terbaru Allan Soebakir (Sinema Pinggiran) yang berkisah tentang kehidupan Bardjan, sebagai perempuan pekerja di Jakarta. Film itu menyoroti kehidupan personal Bardjan di luar dunia kerja. Dan menangkap momen-momen rapuh sang seniman.
Film disajikan dalam gaya eksperimental dengan memanfaatkan rekaman-rekaman penampilan band-band punk/rock yang manggung di beberapa titik di Jakarta. Seperti Temarram, Rachun, dan The Rang Rangs. Di samping itu, Bardjan yang juga merupakan penyair, juga membacakan puisi di dalam film.
“Awal ketemu Bardjan itu di salah satu kesempatan. Ketika itu dia sudah merilis buku puisinya, Ibu Kota/Air Mata. Gue melihat Bardjan sebagai sosok yang bisa mewakili kota banget. Dia pekerja, penyair, dan ‘problematik,’” kata sutradara Allan Soebakir seusai pemutaran film Bardjan di Jalan Wijaya II no 42, Jakarta Selatan, Kamis, (23/2).
Setelah pertemuan Allan dengan Bardjan, mereka pun kemudian sepakat untuk saling mengenal lebih dalam sebelum syuting. Di film eksperimental ini, Allan juga menggunakan pendekatan observasional seperti di dokumenter. Ia banyak menggali dan berdiskusi dengan Bardjan.
“Dari proses observasi itu, gue paling sering melihat dia menangis.”
Bardjan pun mengapresiasi Allan karena sang sutradara paham batasan mana yang masih bisa diolah secara kreatif dan mengerti konsep konsen. Ia juga menyebut, bersyukur di film ini ia diberikan ruang untuk mengekspresikan diri secara bebas.
“Allan memberikan gue ruang untuk nangis, itu yang gue suka. Banyak orang pengen nangis, teriak, enggak bisa. Di ruang privat ini, gue bisa mengekspresikannya. Dan menurut gue itu sangat punk, untuk akhirnya bisa secara brutal enggak peduli dari norma sekeliling kita,” kata Bardjan.
“Dan karena di film ini juga banyak menyangkut soal ketubuhan gue yang ditampilkan, Allan sudah memahami konsep konsen. Justru, bagi gue yang paling telanjang di film ini adalah saat gue menangis,” sambungnya.
Salah satu puisi yang dibacakan Bardjan di film itu adalah berjudul Cinta milik Norman Erikson Pasaribu. Puisi tersebut menurut Bardjan mengingatkan saat pekerja yang jauh dari rumah dan rindu pada suasana dan orang yang berempati pada kondisi kita.
Setelah ini film Bardjan akan diputar secara berkeliling di beberapa kota seperti Kendal, Yogyakarta, dan Solo.(M-3)