Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Selayang Pandang Jejak Perempuan Indonesia

Devi Harahap
09/1/2023 20:30
Selayang Pandang Jejak Perempuan Indonesia
'Menyusui' Lukisan karya Dullah(MI/Devi Harahap)

Peran perempuan di negeri ini tidak melulu bersingunggan pada ranah domestik. Mereka sejak dulu kala juga telah mengisi ruang-ruang publik melalui peran signifikan lewat berbagai bidang seperti seni, budaya, sosial, politik, hukum, hingga kancah peperangan. 

Peran perempuan yang mewarnai perjalanan bangsa ini didokumentasikan dalam sejumlah karya seni dari berbagai periode, pada pameran seni bertajuk “The Truth Inside You: Alunan Kisah tentang Perempuan” di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat yang berlangsung hingga 15 Januari 2023 mendatang.

Pameran ini menampilkan 108 koleksi yang terdiri dari lukisan, patung, instalasi, serta berbagai artefak abad ke-9 hingga abad ke-21 serta augmented reality. Dipamerkannya benda-benda seni itu sejatinya ingin menunjukkan kepada setiap pengunjung bahwa perspektif dan pemaknaan mengenai isu perempuan terus berkembang dari masa ke masa.

Karya yang dipamerkan di antaranya merupakan koleksi Museum Nasional. Sedangkan koleksi lain dipinjam dari Museum Katedral, Museum Pusaka di Taman Mini Indonesia Indah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Perpustakaan Nasional, Galeri Nasional, serta Museum Sonobudoyo.

Koleksi paling tua yang ditampilkan adalah arca dari sekitar abad ke-9 pada masa kerajaan Budha, sementara yang paling muda adalah alat anyaman dan tenun. “Karya ini menggambarkan pergerakan dan mobilitas perempuan dalam menjalankan perannya sebagai detak jantung dari keluarga dalam bentuk fisik, emosional dan pemikiran. Hentakan tangan yang menghasilkan jalinan benang menyiratkan semangat tak terhenti dalam mencapai tujuan,” kata kurator pameran, Fifia Wardhani saat dihubungi Media Indonesia, pada Senin (2/1).

Salah satu koleksi yang dipajang adalah “Pelana Kuda Kiai Gentayu” yaitu seekor kuda hitam yang menjadi tunggangan kesayangan Pangeran Diponegoro pada masa sebelum tahun 1829.  Pelana tersebut sekaligus membuka kisah Diponegoro yang terbentuk dari pola asuh dan didikan Ratu Ageng,  nenek buyutnya sekaligus istri Sultan Hamengku Buwono I.

Keterampilan Ratu Ageng dalam berkuda dan menyusun strategi perang ditularkan kepada Pangeran Diponegoro. Karakter sang ratu yang keras, saleh, berani, dan peduli terhadap masyarakat juga diturunkan kepada cucu buyutnya hingga membentuk pribadi Diponegoro yang berjiwa kesatria hingga akhir Perang Jawa pada 1825-1830. Perang melawan Belanda itu tercatat sebagai salah satu perang terbesar di Indonesia.  

Koleksi lain yang ditampilkan di antaranya lukisan berjudul “Menyusui” karya Dullah yang dibuat pada 1972 yang mewakili gambaran ketulusan kasih sayang seorang perempuan yang memilih menjadi seorang “Ibu”.

“Perempuan memiliki kemampuan untuk menjadi detak jantung bagi orang di sekitarnya. Perempuan bisa membentuk jalinan semangat dan jiwa yang tersalurkan ke anak-anak dan keluarga yang dikasihinya, spirit bagi tujuan dan karya, dan detak jantung bagi kekasih atau pasangan hidupnya. Dengan begitu yang diharapkan menjadi penguat dan daya peneguh bagi sekitarnya,” ujar Fifia.

Pameran juga menampilkan koleksi fotografi berupa ragam pesona rambut perempuan dari beberapa suku bangsa di Indonesia yang membentuk heterogenisme mengenai paradigma “cantik ideal” dengan pengaruh budaya, lingkungan, dan kebiasaan. Sejak masa lampau, perempuan-perempuan Indonesia telah menggunakan bahan alami untuk merawat dan menghias rambut agar tampil lebih ekspesif.

Proses penggayaan dan penggunaan berbagai aksesoris juga menunjang tampilan estetika tubuh yang digambarkan melalui koleksi “Anting Pusing Masing” dari Nusa Tenggara Timur yang dikenakan oleh perempuan Solor sebagai perhiasan sehari-hari. Selain sebagai simbol kecantikan dan kehormatan, asesoris itu diyakini dapat menghalau hal-hal negatif.  

Kartini

Pameran juga memajang “Kain Batik Panjang Jepara” yang dibuat oleh R.A Kartini pada tahun 1900. Kain batik tersebut menampilkan pola ragam hias berupa rangkaian bunga kecil dan kupu-kupu. Kartini ialah sosok perempuan yang mencetuskan pemikiran bernas melampaui perempuan seusianya. Sebagai pahlawan dalam bidang emansipasi perempuan, Kartini menggambarkan sosok perempuan sebagai makhluk yang harus mendapat pendidikan berupa keilmuan, keterampilan, dan karakter.

Fifia mengatakan, pribadi dan karakter perempuan Indonesia terbentuk dari nilai-nilai yang beragam. Satu hal yang perlu diupayakan dalam pameran tersebut adalah hasrat dan komitmen untuk menjadikan perempuan memiliki value yang baik hari demi hari; menjadi energi penggerak dalam merawat kehidupan yang harmonis melalui setiap peran yang dipilih, dan menjadi partner terbaik bagi orang-orang di sekitarnya.

“Perempuan Indonesia diharapkan memiliki daya juang, cerdas dan berkarakter, setia dan tangguh agar bangsa kita menjadi pelaku dan penentu kemajuan yang andal, tepat, dan bijak demi kemajuan negara kita, Indonesia melalui kelebihan dan kekurangannya yang punya tujuan dan passion,” ujarnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya