Panggung Maestro III Upaya Lestarikan Kesenian Nusantara

Widhoroso
08/3/2024 19:18
Panggung Maestro III Upaya Lestarikan Kesenian Nusantara
Ilustrasi(HO)

KESENIAN tradisional seperti tari, musik, teater, dan tradisi lisan merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki setiap daerah di Indonesia. Namun saat ini semakin sedikit masyarakat yang memiliki pemahaman mendalam terhadap berbagai kesenian tradisional.

Untuk tetap menjaga kesenian tradisional Indonesia, Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek dan didukung gerakan Purnati Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI) dan PT Bluebird Group menggelar Panggung Maestro III yang akan berlangsung 8-9 Maret 2024. Panggung Maestro yang disajikan secara berseri bertujuan untuk meningkatkan apresiasi terhadap kesenian dan para seniman dari berbagai daerah, sehingga tumbuh semangat dan upaya untuk melanjutkan kiprahnya dalam menjaga, merawat, dan mengembangkan kesenian tradisional Indonesia.

"Panggung Maestro adalah sebuah pernyataan (bukan pengukuhan) penghormatan kepada para seniman yang telah mengalirkan energi seni-budaya yang didapat dari para pendahulunya kepada kita generasi penerusnya. Energi adalah daya hidup, semacam sukma, bukan benda mati. Tapi sukma hanya ada jika raga terjaga. Pernyataan ini adalah niat, semacam janji, untuk kita menjadi pewaris aktif dengan memelihara dan memupuk energi itu, hingga akan lahir buah dan biji yang membekali pertumbuhan budaya seterusnya," jelas Endo Suanda, Dewan Artistik Panggung Maestro dalam keterangan yang diterima, Jumat (8/3).

Baca juga : Hyundai Gelar #BergerakDenganBATIK Dance Challenge di TikTok

Panggung Maestro pertama kali diselenggarakan pada Juli 2023 dan akan hadir ketiga kalinya pada Maret 2024 ini dalam Teater Wahyu Sihombing di Taman Ismail Marzuki. Panggung Maestro kali ini menghadirkan maestro kesenian dari dua daerah yaitu Kalimantan Selatan yang menampilkan Ladon, Wayang Topeng Banjar, Wayang Kulit dan Jambi yang menampilkan Tari Kain Kromong, Tari Betauh, Tari Kelik Lang, Tradisi Lisan Bejolo, dan Tari Dana Syarah.

"Suatu hal yang sangat membahagiakan sekaligus mengharukan, manakala di dalam Panggung Maestro ini kita mendapat kesempatan dipertemukan dengan para penari yang berusia di atas 70 tahun bahkan ada yang sudah melebihi 90 tahun, namun masih berkarya. Konsep wiraga, wirama, serta wirasa sudah jauh dilampauinya, dan yang mampu ada dan selalu ada adalah "kasunyatan" yg senantiasa bersemayam di dalam tubuhnya...dan itulah sejatinya," ujqr Sulistyo Tirtokusumo, Dewan Artistik Panggung Maestro.

Mendukung Panggung Maestro III diselenggarakan pula forum berjudul “Panggung Wacana” untuk mengartikulasikan nilai-nilai di balik layar yang mungkin tidak terungkap dalam pementasan. Panggung Wacana yang menangkat tema ‘Akulturasi Budaya’, akan menguak sejarah perpaduan budaya yang terjadi hingga melahirkan budaya dan kesenian masa kini di Kalimantan Selatan dan Jambi.  Narasumber yang hadir  adalah Mukhlis Maman, DRS (mantan Pamong Budaya Madya Kalimantan Selatan) dan Dr. Sri Purnama Syam, SST,.M.Sn (peneliti budaya dari Jambi). (RO/R-2)
 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya