Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Dr dr Budi Laksono MHSc : Air Minum Terjamin di Lokasi Bencana

FATHURROZAK
18/12/2022 05:10
 Dr dr Budi Laksono MHSc : Air Minum Terjamin di Lokasi Bencana
Dr dr Budi Laksono MHSc(MI/SUMARYANTO BRONTO)

DITEMPATKAN di mobil bak terbuka, instalasi stasiun air minum itu berpindah dari satu pos pengungsian ke pengungsian lain di Cianjur, Jawa Barat, yang beberapa waktu lalu dilanda gempa. Dr dr Budi Laksono MHSc adalah pencipta instalasi yang mampu mengubah air kotor menjadi air layak konsumsi itu.

Berbekal pengalamannya di berbagai lokasi bencana, Budi menyadari krusialnya pasokan air minum. Tidak hanya harus terjamin kualitasnya, air minum itu juga harus mudah didapat.

Saat menjadi relawan dalam bencana tsunami Aceh pada 2004, Budi melihat relawan dari Australia mengambil air sungai yang sudah difi ltrasi untuk dibagikan kepada warga di pengungsian.

Alat fi ltrasi itu memberinya ide untuk menciptakan alat serupa dengan fi lter ultra violet. Instalasi stasiun air minum ciptaannya akhirnya dapat pertama kali diterapkan saat Budi menjadi relawan bencana erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta pada 2010.

“Air minum untuk warga terdampak bencana itu penting, minimal 3 jam pascabencana sudah harus ada. Jadi, instalasi stasiun air minum yang kami ciptakan ini tujuan nya untuk memberikan akses (air bersih), dengan memasang fi ltrasi sederhana yang sekarang ini sudah tersedia dengan mudah di toko daring,” cerita Budi saat menjadi
tamu di Kick Andy episode Air Kehidupan yang tayang di Metro TV, Minggu (18/12).

Saat turun di Cianjur pascagempa, Budi melihat penyediaan air bersih cukup mudah karena sumber air di wilayah tersebut sudah bagus. Dengan adanya instalasi buatannya, warga tidak perlu lagi memasak air untuk dikonsumsi.

Stasiun air minum tersebut digerakkan oleh inverter daya listrik di mobil maupun diesel. Namun, untuk mengatasi kendala di lapangan, stasiun juga dilengkapi kabel sepanjang 50 meter untuk menyalur sumber listrik terdekat. Pengoperasiannya pun hanya membutuhkan maksimal dua orang. Adapun biaya pembuatan stasiun air minum tersebut berkisar Rp5 juta-Rp10 juta untuk membuat stasiun tersebut bisa dibawa ke mana pun.

Dokter jamban

Selain upaya penyediaan air bersih di titik-titik bencana, Budi juga di kenal aktif dalam advokasi pengadaan jamban demi terwujudnya sanitasi layak bagi warga. Penyediaan jamban penting untuk mencegah berbagai penyakit seperti diare maupun gangguan penyakit usus lain. Budi telah beberapa kali turut serta dalam pembangunan jamban secara masif mulai dari 1.500 unit, 5.000 unit, hingga 1 juta unit bersama para personel militer.

“Dari catatan kami, sekitar 20 juta keluarga di Indonesia belum punya jamban sehat. Kami akan mengadvokasikan terus. Dan, tentunya para pemangku kebijakan baik di
daerah maupun nasional bisa menggiatkan pengadaan untuk sanitasi ini,” tandasnya.

Untuk membangun satu unit jamban layak setidaknya dibutuhkan biaya di bawah Rp1 juta (Rp200 ribu-Rp900 ribu sesuai spesifi kasi). Ia menuturkan, jika pemerintah
pusat mau menggerakkan pembuatan jamban secara serius, dipastikan pada 2024 akan terbangun jamban layak di lebih banyak tempat di wilayah Tanah Air. Persoalan sanitasi, dikatakan Budi, juga bersinggungan secara erat dengan permasalahan stunting yang kini menjadi tantangan besar Indonesia. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya