Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ewaldina Sawi Meo : Bidan Sapu Jagat

(Jek/M-1)
13/11/2022 05:15
 Ewaldina Sawi Meo : Bidan Sapu Jagat
Ewaldina Sawi Meo(MI/SUMARYANTO BRONTO)

TUGAS utama bidan memang meliputi pelayanan kesehatan sejak awal masa kehamilan hingga sang ibu melahirkan. Namun, yang dilakukan Ewaldina Sawi Meo sebagai bidan di Manuori, Mbaenuamuri, Keo Tengah, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), jauh lebih luas lagi.

Perempuan yang akrab disapa bidan Walde itu juga mengajarkan literasi keuangan bagi para keluarga di Manuori. Hal itu dilakukannya agar warga memiliki kesiapan jika sang ibu menderita komplikasi dan harus dirujuk ke rumah sakit.

Berprofesi sebagai bidan sejak 1995 atau ketika usianya masih 20 tahun, Walde memang terbiasa harus berhadapan dengan berbagai masalah sosial dan budaya. Pada awal masa tugasnya, ia pun harus berhadapan dengan para dukun persalinan yang usianya lebih sepuh darinya.

“Dulu, mereka (dukun bayi) biasanya menyebar isu ke masyarakat untuk tidak percaya ke bidan. Apalagi saya masih muda. Saat itu, ya, paling cuma ada tiga bidan yang bertugas. Tapi saya meyakinkan para dukun bayi dengan cara mengumpulkan mereka, memberikan penjelasan, dan mengajak kolaborasi. Mereka pun mau, dengan cara 'sebagian penghasilan' saya diberikan ke mereka untuk sirih pinang,” kenang Walde. 

Dahulu, ia menambahkan, tiap bidan biasanya mengurusi lima hingga enam desa. Kini, setelah dua dekade, sudah ada 62 bidan yang melayani sekira 14 ribu lebih penduduk dari 3.866 kepala keluarga.

Dengan kegigihan dan inovasinya, Walde ikut berjasa menekan angka kematian ibu hamil. Salah satu inovasi yang dibuatnya ialah kartu tanda pengingat ibu hamil. Kartu mirip KTP yangberfungsi sebagai sarana edukasi dan informasi terkait kesehatan ibu hamil.

Di bagian depan kartu, ia mencantumkan berbagai tanda bahaya kondisi ibu hamil yang harus segera mendapatkan layanan kesehatan. Berkat kartu tersebut, terhitung sejak 2017 tidak tercatat ada angka kematian ibu hamil dan bayi. 

Terkait bayaran, bidan Walde tidak sungkan menggratiskan bahkan ikut menanggung kebutuhan bayi baru lahir. Tidak jarang juga ia dibayar dengan telur, ayam, dan sayuran. Kondisi ekonomi warga itu pula yang membuatnya memberi literasi keuangan. 

Walde dan para sejawat juga dihadapkan persoalan stunting. Ia mengungkap kini angka stunting di wilayah kerjanya mencapai 16% dari total sekira 1.192 anak. 

 

Kerja keras Walde mendorong Frisian Flag Indonesia menganugerahinya Arkatama Awards 2022 kategori pahlawan kemajuan keluarga pilar sehat. Walde mengungkapkan bahwa penghargaan itu membuatnya makin termotivasi. “Penghargaan ini memotivasi kerja keras yang tidak pernah diketahui orang, tapi punya dampak ke masyarakat sekitar. Dan ini memberikan motivasi, perbuatan kecil juga sangat berarti kalau memberikan dampak ke banyak orang,” pungkasnya. (Jek/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya