Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Indonesia Emas dalam Empat Skenario

Putri Rosmalia
15/10/2022 07:40
Indonesia Emas dalam Empat Skenario
Cover buku Skenario Masa Depan Indonesia 2045: Pemimpin & Masyarakat.(Dok. Iluni UI)

PERKEMBANGAN dunia di era modern menghadirkan perubahan yang serbacepat. Perubahan yang tidak jarang menimbulkan ketidakpastian dalam kehidupan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kondisi itu semakin signifikan terjadi pascamerebaknya pandemi covid-19 yang menyebabkan krisis berkepanjangan di banyak negara.

Di Indonesia, sejumlah pihak telah melakukan pembahasan mengenai peta jalan atau skenario yang mungkin terjadi hingga tahun 2045 mendatang. Tahun yang kerap disebut sebagai tahun emas dalam perjalanan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Skenario menuju tercapainya kesejahteraan di 100 tahun pascakemerdekaan itu juga yang dicoba hadirkan oleh tim penulis buku Skenario Masa Depan Indonesia 2045: Pemimpin & Masyarakat.

Tim penulis yang terdiri atas lima orang alumni Universitas Indonesia itu memberikan tawaran skenario alternatif yang dibuat berlandaskan konsep foresight - - sebuah konsep yang menunjukkan adanya kemungkinan alternatif yang akan terjadi, dan kebutuhan untuk mempertimbangkannya. Skenario yang disebut oleh para penulis diharapkan sejalan dengan cita-cita dan janji kemerdekaan.

Buku tersebut secara umum berisi hasil penelitian tim penulis yang terdiri atas Andre Rahadian, Bachtiar Firdaus, Fithra Faisal Hastiadi, Grady Nagara, dan Muhammad Rahmat Yananda. Studi dilakukan dengan mengumpulkan data yang meliputi analisis data sekunder, diskusi kelompok terarah (FGD) dan panel ahli. Mereka juga memperkuat penelitiannya dengan memanfaatkan data kualitatif.

“Dalam penyusunan skenario yang sejalan dengan data, skenario ini disampaikan secara naratif atau berbentuk penceritaan.” (halaman 18)

Beberapa isu utama global menjadi hal yang ikut menentukan arah penceritaan alternatif skenario, yang dihubungkan dengan kondisi nasional. Aktor-aktor utama dalam skenario yang dimunculkan dalam buku tersebut ialah pemimpin dan masyarakat.

 

Dari pandemi

Buku dibuka dengan pembahasan mengenai latar belakang pentingnya pembuatan berbagai skenario alternatif Indonesia 2045, yakni pandemi covid-19. Penulis menjabarkan mengenai berbagai kondisi yang terjadi di negara-negara dunia sejak awal covid-19 ditetapkan menjadi pandemi.

Berbagai tabel perbandingan dihadirkan untuk memudahkan pembaca melihat perbedaan yang ada di banyak negara dalam menghadapi pandemi. Salah satunya ialah tabel perbandingan kebijakan pengelolaan pandemi yang dilakukan oleh berbagai negara.

Dari penjabaran tersebut, diketahui bahwa selama pandemi berlangsung di tahun 2020 hingga 2021, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia pada pemerintah tetap lebih tinggi jika dibandingkan dengan kepercayaan mereka pada institusi lainnya, seperti media dan lembaga nirlaba.

Meski mendapatkan tingkat kepercayaan publik yang baik, dari hasil perbandingan juga diketahui bahwa sebenarnya kinerja pemerintah Indonesia dalam menghadapi merebaknya pandemi masih jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Kelemahan pemerintah Indonesia khususnya terjadi pada cara mereka melakukan respons awal sebagai upaya pencegahan penyebaran.

“Malaysia dan Vietnam berhasil memperlambat penyebaran virus dan secara bertahap memulihkan sektor ekonomi, sedangkan Indonesia cenderung tanpa arah.” (halaman 35)

Tim penulis juga melakukan analisis tentang megatrend atau situasi makro yang terjadi di dunia dan dapat berpengaruh pada skenario di dalam negeri. Setidaknya ada sembilan poin megatrend pasca covid-19 yang dapat memengaruhi setiap skenario yang mungkin dibuat.

Secara singkat, sembilan poin megatrend tersebut ialah demografi, penguatan sifat individualis yang semakin menuntut transparansi pemerintah dan pelibatan publik, kemudahan teknologi komunikasi dan informasi, interkoneksi ekonomi global, hutang pemerintah, peralihan kekuatan ekonomi, perubahan iklim, tekanan pada sumber daya alam, serta urbanisasi.

Analisis juga dilakukan untuk menarik kesimpulan isu-isu yang ada di dalam negeri dan dapat memengaruhi perjalanan Indonesia hingga 2045 kelak. Dari hasil analisis didapatkan setidaknya 17 variabel tantangan yang dapat menjadi penentu masa depan Indonesia.

Dari 17 variabel tersebut didapatkan 10 poin utama yang menjadi garis besar tantangan untuk Indonesia. Seluruhnya adalah teknologi, kesehatan, digital, ekonomi, budaya, SDM, politik, hukum, global, dan iklim.

Tim penulis juga menghadirkan tabel hasil pemetaan berisi poin-poin kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman yang telah ada atau berpotensi muncul di Indonesia hingga 2045 mendatang. Perubahan iklim, resesi ekonomi, dan disrupsi teknologi merupakan tiga poin paling utama yang masuk dalam tabel ancaman.

“Saat ini Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia. Sektor manufaktur merupakan penyumbang utama PDB. Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk kejadian ekstrem seperti banjir dan kekeringan, dan perubahan jangka panjang dari kenaikan permukaan laut, pergeseran pola curah hujan, dan peningkatan suhu (World Bank, n.d.b),” (halaman 88)

 

Empat skenario

Dari berbagai analisis yang dilakukan dan pengumpulan data yang dijabarkan pada bagian awal buku, tim penulis kemudian membuat empat skenario alternatif yang disebut sebagai skenario Visi Indonesia 2045. Empat skenario tersebut ialah Tanah Harapan, Tanah Tak Bertuan, Tanah Tandus, dan Jurang Dalam.

Keempat skenario tersebut dijabarkan dalam bentuk narasi atau penceritaan. Sejalan dengan data kualitatif yang digunakan sebagai metode pengumpulan data dan analisis.

“Skenario ini akan mengeksplorasi (memetakan) alternatif masa depan yang tersedia, baik dari masa depan dengan kondisi terbaik, moderat, dan terburuk.” (halaman 109)

Skenario pertama, Tanah Harapan ialah skenario terbaik yang mungkin dapat tercapai. Namun, itu dengan syarat berjalannya berbagai aspek dalam kenegaraan dan kemasyarakatan yang mumpuni.

Ini adalah skenario yang menurut para penulis mewujud pada Indonesia sebagai negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan (paradigma) lingkungan (ekologi).

“Skenario masa depan Tanah Harapan dapat diwujudkan melalui kepemimpinan nasional dan lokal yang efektif bersama-sama dengan masyarakat yang resilien.” (halaman 112)

Skenario kedua adalah skenario Tanah Tak Bertuan. Pada skenario ini kesehatan masyarakat dan krisis ekonomi belum sepenuhnya pulih, tetapi bisnis dan konsumen resilien. Seperti halnya pengendalian potensi penyebaran virus baru di pusat-pusat keramaian dan ruang publik.

Dalam skenario ini, keadaan secara umum berjalan membaik. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih mengalami berbagai krisis akibat pandemi.

Masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah kesulitan untuk merangkak naik. Sementara itu, pemerintah juga belum bisa mengatasi kesenjangan tersebut.

“Visi Indonesia dalam skenario Tanah Tak Bertuan terjadi ketika pemimpin dan masyarakat berjalan sendiri-sendiri. Semua peluang dan kekuatan bangsa tidak dapat berdampak sehingga hanya dapat menutupi ancaman dan kelemahan.” (halaman 116)

Skenario ketiga yakni Tanah Tandus. Ini adalah skenario yang muncul jika krisis akibat pandemi yang mulanya berjalan moderat berkembang menjadi moderat buruk. Krisis covid-19 yang awalnya sudah terkendali kembali masuk ke tahap yang tak terkendali akibat ketidakmampuan pemerintah dan turunnya resiliensi masyarakat.

Dalam kondisi itu, ketidakhadiran pemimpin menyebabkan kebijakan pemerintah tidak efektif. Tetapi, akses tetap terbuka berkat kemampuan tinggi dari masyarakat dan komunitas di dalamnya.

“Salah satu konsekuensi logis dari kuadran ini adalah munculnya self fulfilling expectation, di mana target-target yang dibuat oleh pemerintah hampir pasti tidak akan tercapai, karena masyarakat dalam hal ini sudah memiliki target-targetnya sendiri.” (halaman 119)

Skenario terakhir adalah Jurang Dalam. Ini adalah skenario terburuk yang mungkin terjadi di Indonesia pada 2045 mendatang. Kondisi tersebut akan muncul ketika kebijakan pemerintah tidak efektif dan masyarakat tidak memiliki resiliensi yang cukup.

“Kuadran ini adalah skenario paling buruk di antara skenario yang lain (worst case scenario), yang mengakibatkan prospek pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat jatuh ke dalam wilayah abysmal. Di sini hampir tidak ada upaya memaksimalkan kekuatan dan peluang. Bahkan yang menguat adalah kelemahan dan ancaman.” (halaman 120)

Empat alternatif skenario yang didapatkan tim penulis dari penelitian mereka tersebut dapat menjadi masukan yang membantu peta jalan pemerintah Indonesia dalam menuju tahun 2045 yang diharapkan, ketika kekuatan dari berbagai aspek sudah didapatkan pada tahun ke-100 Indonesia merdeka.

Bagi pembaca awam, buku ini sedikit banyak bisa memberi wawasan akan potensi kerawanan yang dihadapi bangsa ini di masa mendatang tanpa kehadiran pemerintahan yang efektif, masyarakat yang tangguh, dan kolaborasi solid di antara keduanya. (M-2)

_______________________________________________________________________________________

 

Judul : Skenario Masa Depan Indonesia 2045: Pemimpin & Masyarakat

Penulis : Andre Rahadian, Bachtiar Firdaus, Fithra Faisal Hastiadi, Grady Nagara, dan Muhammad Rahmat Yananda

Penerbit : Iluni UI

Tahun : Cetakan I Juli 2022

Halaman : 137

 

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya